Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembangkit Diesel PLN Didorong Pakai Biodiesel 100%

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meminta PT PLN (Persero) untuk mengalihkan pembangkit dieselnya menggunakan bahan bakar minyak kelapa sawit guna mengurangi impor BBM.
Ilustrasi bahan bakar Biodiesel B20/Reuters-Mike Blake
Ilustrasi bahan bakar Biodiesel B20/Reuters-Mike Blake

Bisnis.com, TANGERANG - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meminta PT PLN (Persero) untuk mengalihkan pembangkit dieselnya menggunakan bahan bakar minyak kelapa sawit guna mengurangi impor BBM.

Dia mengaku telah menyurati PLN agar dapat mengganti paling tidak 2.000 megawatt (MW) PLTD dengan minyak sawit dalam waktu 2 tahun ke depan.

"Sudah kirim surat ke PLN dan minta dalam 2 tahun sebanyak 2.000 MW PLTD, khususnya PLTD yang kinerjanya itu sudah rendah diubah menjadi PLT minyak kelapa sawit bisa sampai 100% atau pakai green diesel," ujar Jonan dalam sambutannya di acara pembukaan POWER-GEN Asia dan Hari Listrik Nasional ke-73 di Tangerang, Selasa (18/9/2018).

Menurutnya, penggunaan minyak kelapa sawit hingga 100% pada pembangkit seharusnya tak lagi menjadi kendala. Sebab, sudah banyak perusahaan yang siap memasok minyak sawit untuk PLN. Di samping itu, juga sudah banyak teknologi pembangkit yang bisa menggunakan minyak kelapa sawit hingga 100%.

Langkah tersebut, salah satunya bertujuan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dalam bauran energi listrik. Saat ini, bauran BBM masih sekitar 6%. Diharapkan pada 2025 bauran BBM pada pembangkit dapat diturunkan menjadi 1%.

Dengan demikian diharapkan impor bahan bakar minyak dan minyak mentah bisa berkurang. Jonan memperkirakan dalam 10 tahun ke depan konsumsi BBM bisa meningkat menjadi 1,8 juta-2 juta barel per hari (bph). Saat ini, konsumsi BBM sudah mencapai 1,3-1,4 juta bph, sementara produksi minyak nasional hanya sekitar 800 ribu bph.

Bila hal tersebut tak diantisipasi, dikhawatirkan impor BBM akan semakin besar dan tentunya akan berdampak pada nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper