Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Tekstil pada 2019 Ditargetkan Naik 11% Menjadi US$15 Miliar

Kementerian Perindustrian menargetkan ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) mencapai US$15 miliar pada 2019.
Pekerja meyelesaikan pembuatan pakaian di pabrik garmen PT Citra Abadi Sejati, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (8/9/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja meyelesaikan pembuatan pakaian di pabrik garmen PT Citra Abadi Sejati, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (8/9/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian menargetkan ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) mencapai US$15 miliar pada 2019.

Target ekspor ini naik 11% dibandingkan target 2018. Pada tahun ini produk TPT ditargetkan menyumbang pendapatan ekspor US$13,5 miliar dengan serapan tenaga kerja 2,95 juta orang.

"Sedangkan di 2019 dapat menyerap tenaga kerja hingga 3,11 juta orang," kata Airlangga dalam keterangan tertulis, Selasa (18/9/2018).

Dia menyebutkan industri TPT merupakan sektor padat karya. Pada 2017 realisasi ekspor telah menyentuh angka US$12,58 miliar atau tumbuh 6% dibanding 2016.

Berdasarkan data Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), industri nasional masih memiliki ruang untuk tumbuh. Utilisasi pabrik tekstil baru 49,69%. Jumlah ini setara produksi sebanyak 6,1 juta ton.

Ade Sudrajat, Ketua API menyebutkan dalam kesempatan terpisah peluang ekspor terbuka semakin luas seiring terbukanya sejumlah pasar baru seperti Australia dan Selandia Baru dalam beberapa waktu ke depan. Saat yang sama pasar besar seperti Amerika Serikat hingga China juga terbuka lebar

Industri tekstil berhasil meningkatkan jumlah ekspor pada kuartal I 2018 dibanding tahun sebelumnya (yoy). Berbagai kebijakan ekonomi di luar negeri saat ini menjadi angin segar peluang ekspor komoditas tekstil.

Komoditas tekstil dan otomotif mendapat fasilitas bea masuk 0% seiring ratifikasi Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Aggreement (IA-CEPA).

TPT menjadi produk ekspor non-migas andalam RI ke Australia. Tahun ini, ekspor tekstil ke Australia mencatatkan nilai US$60,1 juta, naik dari Us$55,5 juta pada tahun sebelumnya.

“Kemampuan produksi sudah tinggi (untuk memenuhi ekspor ke Australia dan Selandia Baru)," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anggara Pernando
Editor : Maftuh Ihsan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper