Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penerimaan Sektor Energi Tahun Ini Bakal Tembus Rp240,3 Triliun

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memproyeksi penerimaan negara dari sektor migas dan minerba mencapai Rp240,3 triliun atau naik 52,35% dari target APBN 2018 senilai Rp156,7 triliun.
Ilustrasi pengeboran minyak./Bloomberg-Jeyhun Abdulla
Ilustrasi pengeboran minyak./Bloomberg-Jeyhun Abdulla

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memproyeksi penerimaan negara dari sektor migas dan minerba mencapai Rp240,3 triliun atau naik 52,35% dari target APBN 2018 senilai Rp156,7 triliun.

Menteri ESDM Ignasius Jonan memberikan paparan outlook penerimaan negara dari sektor migas dan minerba dengan acuan harga ICP US$70 per barel. Kontribusi terbesar atas proyeksi peningkatan penerimaan negara datang dari Pendapatan Negara Bukan Pajak (PMBP) sektor migas yang bertumbuh 66,82% menjadi Rp144,3 triliun. (lihat tabel)

Jonan mengatakan meningkatnya penerimaan ternyata juga diikui dengan meningkatnya subsidi energi. Subsidi dari sektor Bahan Bakar Minyak (BBM) yang awalnya dalam APBN ditargetnya Rp94,6 triliun, dengan adanya perubahan harga ICP terkerek menjadi Rp240.3 triliun.

Subsidi solat terlihat paling melesat pertumbuhannya atau sebesar 308,45% dari Rp7,1 triliun menjadi Rp29 triliun.

Menurutnya, kenaikan harga otomatis memaksa subsidi yang dikucurkan peerintah pun meningkat. Jika tidak, maka harga ecerannya akan naik.

"Tapi penerimaan negara kan naik, bagi hasil minyak kan kita terima lebih tinggi. Jadi kesimpulannya, surplus penerimaan migas dan minerba masih Rp62 triliun," katanya dalam paparan Penerimaan Negara Migas dan Minerba vs Subsidi Energi APBN dan Outlook 2018, Senin (17/9/2018).

Jonan menjelaskan peningkatan penerimaan negara mayoritas disebabkan oleh peningkatan harga komoditas, terutama minyak, dan minerba. Dia mengakui, kinerja lifting nasional relatif stabil.

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan dari sisi neraca perdagangan ekspor sektor migas memang mengalami penurunan, seperti hasil lifting minyak Blok Mahakam yang merupakan bagian Pertamina, dialirkan untuk kebutuhan dalam negeri. Selain itu, ekspor juga menurun karena hasil lifting tahun ini menurun produksinya sekitar 30.000 barel per hari.

"Impornya juga harusnya turun. Tapi nyatanya naik, ada dua penyebabnya. Karena kegiatan ekonomi naik, dan produksi sektor tambang yang naik mengerek konsumsi BBM," katanya.

Dengan adanya kebijakan penawaran lifting minyak bagian KKKS ke Pertamina, lanjut Arcandra, memang akan mengikis ekspor migas, tetapi juga memangkas impor minyak mentah yang selama ini dilakukan Pertamina.

"Kalau ekspornya berkurang, impornya juga berkurang. Hampir sama [neracanya]. Bedanya hanya nilainya, karena ada biaya transportasi yang lebih dipangkas," tambahnya.

VOLUME IMPOR MIGAS TIPIS

Jonan menambahkan negatif neraca perdagangan migas, akan dapat ditutupi dari kinerja sektor pertambangan dengan optimalisasi ekspor batu bara sebesar 100 juta ton dapat terealisasi.

Hanya saja, hingga kini baru ada pengajuan ekspor tambahan sebesar 22 juta ton. Dia menekankan dari neraca perdagangan migas, dari segi pertumbuhan konsumsinya naik tipis.

Jika ada pertumbuhan konsumsi BBM, maka itu juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan alat berat pertambangan batu bara yang kinerjanya meningkat 20% pada tahun lalu.

"Konsumsinya untuk produksi, karena mereka [sektor batu bara] juga bertumbuh," katanya.

Sepanjang Januari – Agustus 2018 terjadi negatif pertumbuhan impor migas sebesar 0,27% dengan volume sebesar 32,83 juta ton atau sebesar 32,92 juta ton pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Memang, jika melihat nilai impornya, maka sektor migas memberi beban sebesar 15,92% terhadap total kinerja impor Januari – Agustus 2018.

Impor migas delapan bulan pertama pada 2018 tercatat mencapai US$ 19,76 miliar atau bertumbuh 28,31% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai US$15,4 miliar.

Dibedah disetiap sektornya, volume impor minyak mentah hanya bertumbuh 2,26% atau sebesar 11,78 juta ton pada Januari – Agustus tahun ini. Akan tetapi, dari segi nilai importasi minyak mentah bertumbuh 41,65% menjadi US$6,24 miliar pada periode yang sama tahun ini.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper