Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DISKUSI TERBATAS FREEPORT: Produksi Turun karena Transisi ke Tambang Bawah Tanah

Bisnis Indonesia hari ini, Senin (17/9/2018) menggelar diskusi terbatas dengan tema Skenario Bisnis pasca Akuisisi Freeport.
Prof Irwandy Arif, Ketua Indonesia Mining Institute, menyampaikan paparan dalam diskusi terbatas Skenario Bisnis Pasca Akuisisi Freeport yang dipandu Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Hery Trianto, di Jakarta, Senin (17/9/2018)./JIBI-Arif Budisusilo
Prof Irwandy Arif, Ketua Indonesia Mining Institute, menyampaikan paparan dalam diskusi terbatas Skenario Bisnis Pasca Akuisisi Freeport yang dipandu Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Hery Trianto, di Jakarta, Senin (17/9/2018)./JIBI-Arif Budisusilo
Live Timeline

Bisnis.com, JAKARTA – Bisnis Indonesia hari ini, Senin (17/9/2018) menggelar diskusi terbatas dengan tema Skenario Bisnis pasca Akuisisi Freeport.

Diskusi terbatas tersebut menghadirkan diskusi hangat oleh pembicara yang kompeten di seputar bisnis pertambangan.

Ketiga pembicara itu adalah Ketua Indonesia Mining Institute  Irwandy Arif, Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sukamdaru Prihatmoko, dan Milawarma, seorang profesional pertambangan.

PT Freeport Indonesia saat ini mengalami perubahan management setelah diakuisisi pemerintah dengan menetapkan PT nalum sebagai pemegang saham mayoritas.

Sebagai pemilik saham mayoritas, tentu saja kendali menajemen tetap ada di tangan Inalum. Artinya, berbagai keputusan strategis terkait perusahaan masih ada di pihak nasional.

Sementara itu aspek teknis pertambangan memanfaatkan sumber daya dan pengalaman Freeport yang sudah 51 tahun menggarap lahan pertambangan yang berlokasi di dataran inggi Tembagapura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua tersebut.   

Dengan adanya sinergi tersebut, kegiatan pertambangan Freeport Indonesia diharapkan mampu memberikan kontribusi yang optimal kepada negara secara jangka panjang.

Permasalahannya, apakah sesederhana itu pengelolaan Freeport dengan kehadiran Inalum sebagai pemegang saham mayoritas?

Itulah yang akan dibahas dalam acara diskusi terbatas bertama Skenario Bisnis pasca Akuisisi Freeport tersebut. Simak laporannya.

13:58 WIB
Pemilik Boleh Ganti, Operator tak Boleh Berhenti Sekalipun Sehari

Bisnis.com, JAKARTA - Praktisi pertambangan Milawarman mengingatkan pergantian kepemilikan saham harus ada jaminan kegiatan operasi pertambangan tidak berhenti, sekalipun hanya sehari.

Praktisi pertambangan Milawarman

"Pemilik boleh berganti tapi operator nggak boleh berhenti satu hari pun. Dari sisi teknis jangan sempet ditutup, kalau ditutup cadangan nasional bisa hilang karena kesalahan kita, transaksi, arbitrase," katanya.

Apalagi, lanjutnya, ini menyangkut kegiatan tambang bawah tanah. Kalau sampai setahun berhenti, satu blok itu ambruk dan tidak bisa ditambang dan dicoret dari cadangan.
"Betapa complicated blok caving. Begitu operasi tidak boleh direm. Mogok berhenti masuk lagi blok itu sudah runtuh," ujarnya.

12:32 WIB
Produksi Freeport Turun karena Transisi ke Tambang Bawah Tanah

Bisnis.com, JAKARTA—Peralihan tambang terbuka di Grasberg menuju pertambangan dalam (bawah tanah) menjadi salah satu faktor penyebab produksi PT Freeport Indonesia menurun.

Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Bambang Susigit mengatakan rerata produksi Freeport dalam rentang 2014 - 2018   sebesar 240.000 per hari. Kalau sekarang, berkisar 180.000 ton biji per hari.

"Tambang terbukanya sudah mulai turun, alat-alat mulai stop, untuk selanjutnya pengembangan tambang dalam (bawah tanah)," tuturnya dalam diskusi Skenario Bisnis pasca Akuisisi Freeport, Senin (17/9/2018).

Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Bambang Susigit/Bisnis-Abdullah Azzam

Tahun depan, memang Freeport fokus menggarap proyek pertambangan bawah tanah dengan sistem block caving. Selain tambang terbuka, Freeport juga memiliki 5 tambang bawah tanah dengan cadangan yang sangat besar.

Sebagian blok tambang terbuka itu sudah beroperasi dan menghasilkan bijih yang akan diolah menjadi konsentrat, yakni Deep Ore Zone, Deep Mill Level Zone, Big Gossan, dan Grasberg Block Cave. Sementara itu, Blok Kucing Liar diperkirakan baru beroperasi pada 2025.

Tambang bawah tanah akan menjadi fokus Freeport, sementara produksinya untuk bijih cenderung turun.

“Secara perizinan produksi freeport sekitar 300.000 ton bijih, tapi tahun ini freeport hanya memproduksi 240.000 ton bijih,” katanya.

Bambang menambahkan produksi dari open pit berkisar 76.000 - 80.000 ton, sementara sisanya dari tambang dalam.

"Ga semua bisa dibilang flat, kalau kadarnya relatif tinggi, bijinya sedikit, kalau kadarnya sedikit bijinya banyak.Yang pasti 2019 sudah tambang dalam semua," tambahnya.

12:14 WIB
Milawarma: Freeport adalah Usaha Sarat Modal dan Teknologi
Praktisi Pertambangan Milawarma./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – PT Freeport Indonesia adalah usaha pertambagan yang membutuhkan modal besar dengan mengaplikasikan teknologi tingkat tinggi,mengingat kegiatan pertambangannya di daerah terpencil.

Praktisi Pertambangan Milawarma mengatakan Freeport memiliki beberapa karakteristik, mulai dari kerumitan secara geologi, lokasi sangat remote, dan sensitivitas kadar.

"Itu sangat berisiko tinggi sehingga membutuhkan modal yang besar, begitu pula dengan  teknologi dan sumber daya manusia.  Tidak akan berjalan kalau hal tersebut tidak dimanajemen dengan baik," katanya.

Itulah sebabnya, lanjut dia, Freeport dituntut mengahasilkan pendapatan dan keuntungan tinggi untuk menutup investasi dengan kisaran US$15 miliar tersebut.

Menurut dia, tidak mudah mengelola teknologi untuk kegiatan pertambangan di wilayah terpencil di Papua. Belum lagi terkait dengan sumber daya manusianya.

"Ini butuh kecanggihan korporasi

Wilayah operasi Freeport terpencil, investasi sangat besar US$15 miliar, kebutuhan tenaga kerja tinggi, high skill, high expert.   Kebutuhan industri pendukung,  tenaga kerja 33 ribu. Itu baru yang terkait langsung," ujarnya.

Untuk memaksimalkan omzet, lanjut Milawarma, Freeport harus mampu mendapatkan premium price atas produk tambangnya.

"Dalam praktek bisnis apalagi komiditi ini, bagaimana meminimalisir rantai marketing. Cari buyer direct,  mencari utiliti premium atau negara-negara premium yang berani berikan harga tinggi," katanya.

11:17 WIB
Inalum Didesak Terapkan Pertambangan Berkelanjutan di Freeport

Bisnis.com, JAKARTA – PT Inalum–selaku pemegang saham mayoritas dan wakil pemerinta di PT Freeportdituntut mampu mengembangkan proses pertambangan berkesinambungan di Freeprot.

“Pasca akuisisi, Freport harus fokus kepada peningkatan proses pertambangan yang berkelanjutan,” ujar Irwandi Arif, Ketua Indonesia Mining Institute.

Ketua Indonesia Mining Institute Irwandi Arif./Bisnis-Abdullah Azzam

Menurut dia, hal itu sangat penting untuk mengantisipasi perkembangan industri pertambangan di masa mendatang.

Terkait dengan rencana kerja Freeport dengan mematok produksi sebesar 2.005 miliar ton pada 2041, Irwandi mengingatkan agar Freeport berhati-hati terkait masalah teknis dan meminta Freeport lebih fleksibel dengan rencana itu. “Kehati-hatian aspek teknis sangat memengaruhi proses produksinya.”

Dia memberikan contoh fleksibilitas perencanaan di Rio Tinto dan bahkan Freeport Amerika Serikat selaki induk PT Freeport Indonesia.

“Dalam perecanaan yang dibuat Rio Tinto dan Freeport di Amerika, mereka  berubah 9 kali, ini yang menjadi pertanyaan terkait dengan rencana produksi 2.005 miliar ton pada 2041 tersebut,” katanya.

10:39 WIB
Separuh Kandungan Emas Indonesia Ada di Papua

Bisnis.com, JAKARTA – Secara geologis, Papu mememiliki kandungan emas sebanyak 3.531 ton atau sekitar separuh dari kandungan emas di Tanah Air.

Hal itu diungkapkan oleh Sukmadaru Prihatmoko, Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI).

"Di papua ada kandungan emas  3.531 ton emas dan tembaga 42 juta ton, sementara untuk seluruh Indonesia ada 7.311 ton emas," katanya.

Sukmadaru Prihatmoko, Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)./Bisnis-Abdullah Azzam

Dia menambahkan untuk kegiatan penambangan 2014—2012, selain menggarap ladang lawas Grasberg, Freeport juga menemukan lahan pertambangan baru di Wbu, Dabera, dan Soba.

“Menariknya, waktu itu Freeport mengaplikasikan, dengan anak usaha ataupun afiliasainya.

Lagi lagi mereka menemukan banyak deposit, sehingga kita bisa tahu bahwa hasil eksplorasi selama ini, menghasilkan indikasi-indikasi untuk dijadikan potensi ke depan.

 

10:16 WIB
Tambang Bawah Tanah Freeport Sedot Investasi Rp103,6 Triliun

Bisnis.com, JAKARTA – Untuk menggarap proyek tambang bawah tanah, PT Freeport Indonesia menganggarkan investasi US$7 miliar untuk periode  2014--2021.

Jika dikonversi dengan kurs rupiah Rp14.800, maka dana investasi tersebut mencapai Rp103,6 triliun.

Bambang Susigit, Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM, mengatakan investasi itu di luar  proyek smelter.

"Skenario investasi sebagai gambaran dari Perencanaan freeport yang disampaikan ke pemrintah 2014—2021 membutuhkan US$7 miliar, terutama untuk pengembangan tambang dalam (bawah tanah), di luar kewajiban pembangunan smelter," katanya.

Setelah periode 2021, PT Freeport membutuhkan dana investasiUS$10 miliar atau sekitar Rp148 triliun dengan asumsi kurs Rp14.800.

Oleh karena itu, Bambang berharap agar kegiatan investasi itu memaksimalkan sumber daya lokal, baik menyangkut sumber daya manusia maupun alat produksi buatan dalam negeri.

"Yang terakhir, agar ini bisa berjalan, yaitu efisiensi, dari peralatan, kalau bisa diambil dari dalam negeri, efisiensi pengelolaan SDA dan efisien. Bagaimana kegiatan ini dapat menggambarkan kepentingan pemerintah dan kepentingan masyarakat, serta juga mengakomodir kepentingan bisnis Freeport," katanya.

10:02 WIB
Tahun Bisnis 2019 Freeport Fokus Tambang Bawah Tanah

Bisnis.com, JAKARTA – PT Freeport Indonesia akan lebih fokus mengarap proyek pertambangan bawah tanah sistem block caving untuk tahun bisnis 2019.

“Tahun 2019 Freeport fokus pada tambang dalam (bawah tabah),” ujar Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Bambang Susigit.

Dia menambahkan saat ini Freeport sudah berstatus IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus).

Artinya, lanjut Bambang, sudah mendapat syarat administratif, finansial, teknis, dan lingkungan. “Syarat keempat soal lingkungan itu penting agar freeport melanjutkan bisnisnya.”

Dia menambahkan selain memiliki  tambang terbuka di Grasberg, Freeport saat ini memiliki 5 tambang bawah tanah dengan cadangan yang sangat besar.

Tambang bawah tanah akan menjadi fokus Freeport, sementara produksinya untuk bijih cenderung turun.

“Secara perizinan produksi freeport sekitar 300.000 ton bijih, tapi tahun ini freeport hanya memproduksi 240.000 ton bijih,” katanya.

08:26 WIB
Tambang Bawah Tanah, Ladang Omset Baru Freeport

 

Bisnis.com, JAKARTA – PT Freeport Indonesia tengah mengembangkan tambang bawah tanah sistem block caving untuk mengkompensasi  penuruan kegiatan penambangan terbuka dan larangan ekspor konsentrat karena belum  berstatus Izin Usaha Pertambangan Khusus.

Sebagian blok tambang terbuka itu sudah beroperasi dan menghasilkan bijih yang akan diolah menjadi konsentrat, yakni Deep Ore Zone, Deep Mill Level Zone, Big Gossan, dan Grasberg Block Cave. Sementara itu, Blok Kucing Liar diperkirakan baru beroperasi pada 2025.

Bukan tanpa alasan tambang bawah tanah tersebut terus beroperasi kala izin ekspor belum menemui kepastian. Pasalnya, metode yang dipakai untuk tambang bawah tanah Freeport Indonesia adalah block caving.

Metode tersebut dilakukan dengan menggali terowongan ke tempat cadangan bijih di dalam tanah dan meledakkan badan bijihnya. Setelah hancur, bijih kemudian ditarik melalui jalur-jalur terowongan khusus.

Metode yang dipakai tersebut 'memaksa' Freeport Indonesia untuk terus beroperasi. Jika penambangan dengan metode block caving tersebut dihentikan, maka bisa terjadi ketidakseimbangan tegangan di dalam tanah. Hal tersebut dapat mengakibatkan longsor atau penutupan lorong-lorong tambang secara permanen.

Jika itu yang terjadi, maka potensi bijih yang bisa tertambang akan hilang. Bahkan, menurut Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), biaya pemulihan tambang yang rubuh tersebut bisa mencapai US$20 miliar. Angka cukup membuat kegiatan penambangan di sana tidak ekonomis lagi.


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper