Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Terpuruk Picu Kenaikan Harga Pala 25 Persen, Petani pun Tersenyum Lebar

Pelemahan nilai Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir, mendongkrak harga sejumlah komoditas perkebunan di Maluku Utara (Malut), sehingga meningkatkan pendapatan petani setempat.
Petani memperlihatkan cengkeh yang siap dijual di Manado, Sulawesi Utara, Jumat (31/7). /Antara
Petani memperlihatkan cengkeh yang siap dijual di Manado, Sulawesi Utara, Jumat (31/7). /Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan nilai Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir, mendongkrak harga sejumlah komoditas perkebunan di Maluku Utara (Malut), sehingga meningkatkan pendapatan petani setempat.

Pantauan Antara di sejumlah pusat pembelian komoditas perkebunan di Ternate, Sabtu, menunjukan harga komoditas perkebunan yang mengalami kenaikan harga setelah pelemahan rupiah terhapat dolar AS itu di antaranya fuli pala.

Harga fuli pala di Ternate yang selama ini paling tinggi Rp130.000/kg, sejak sepekan terakhir melonjak menjadi Rp162.000/kg atau naik 25%.

Begitu pula cengkih yang sudah mulai bergerak ke angka Rp95.000/kgyang sebelumnya bergerak diangka Rp80.000/kg atau naik 19%.

Salah seorang pembeli komoditas perkebunan di Ternate, Joni mengaku, naiknya harga komoditas perkebunan itu terutama fuli pala karena selain meningkatnya permintaan dari daerah tujaun antar-pulau, seperti Surabaya, Jawa Timur juga karena pengaruh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Komoditas perkebunan itu umumnya di eskpor ke berbagai negara, sehingga para eksportir mau membeli dengan harga yang lebih mahal karena mereka mendapatkan keuntungan lebih besar dari eskpor yang semuanya dibayar dengan Dollar.

"Pelemahan nilai rupiah terhadap dolar AS memang menimbulkan pengaruh negatif terhadap perekonomian nasional, tetapi untuk komoditas perkebunan yang dipasarkan ke luar negeri, justru yang diuntungkan karena harganya menjadi lebih tinggi setelah dihitung dengan Rupiah,"katanya seperti dilaporkan Antara Sabtu (8/9/2018).

Komoditas perkebunan lainnya di Malut yang juga mulai menunjukan grafik kenaikan harga adalah kakao dari Rp20.000/kg menjadi Rp23.000/kg dan kopra dari Rp4.500/kg menjadi Rp5.800/kg, namun khusus untuk biji pala masih bertahan diangka Rp60.000/kg.

Salah seorang petani pala di Ternate, Hamdan berharap harga komoditas perkebunan, khususnya fuli pala yang kini mencapai Rp160.000/kg dapat bertahan seperti itu, bahkan kalau bisa lebih tinggi lagi walaupun nanti nilai rupiah kembali menguat agar petani lebih sejahtera.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Sutarno
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper