Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tingkat Keterisian Hotel pada 2018 Masih Lesu, Apa Penyebabnya?

Tingkat hunian kamar atau okupansi hotel berbintang sepanjang tahun ini diperkirakan mencapai sekitar 60%. 
Resepsionis hotel sedang melayani calon konsumen./Ilustrasi-Bisnis-Amri Nur Rahmat
Resepsionis hotel sedang melayani calon konsumen./Ilustrasi-Bisnis-Amri Nur Rahmat

Bisnis.com, JAKARTA — Tingkat hunian kamar atau okupansi hotel berbintang sepanjang tahun ini diperkirakan mencapai sekitar 60%. 

Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menuturkan, tingkat hunian kamar sepanjang tahun ini secara nasional tak mengalami kenaikan signifikan bila dibandingkan dengan capaian tahun lalu, yang hanya sekitar 55,70%.

"Memang pertumbuhan tingkat okupansi hotel pada tahun ini tidak terlalu tinggi. Ya hanya sekitar 60% saja, meski ada perhelatan Asian Games dan rapat IMF/World Bank," ujarnya saat dihubungi, Senin (13/8/2018). 

Pada awal tahun ini, sebut Hariyadi, memang terjadi penurunan okupansi hotel. Tingkat keterisian hotel berbintang pada Janusi 2018 hanya 51% dibandingkan dengan capaian Desember 2017 sebesar 59,53%.

Salah satu penyebab penurunan itu adalah akibat meletusnya Gunung Agung di Bali. Apalagi, Bali merupakan destinasi wisata pertama yang dituju oleh wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) setelah Lombok. 

"Tren okupansi hotel di Indonesia naik turun. Pada 2015 memang turun tetapi tahun lalu naik lagi. Kami berharap di 2018 bisa lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu," katanya. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), rerata okupansi hotel sepanjang tahun ini dari Januari hingga Juni mencapai 54,75%, naik dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 53,36%. 

Adapun, hingga saat ini, Hariyadi menuturkan jumlah ketersediaan kamar hotel di Indonesia sudah berlebih, yakni mencapai 600.000 kamar. 

Jumlah ketersediaan kamar di Indonesia ini memang tertinggi di Asean bila dibandingkan dengan negara Thailand yang mencapai 300.000 kamar dan Malaysia yang mencapai 320.000 kamar. 

Padahal, sebutnya, jumlah kunjungan wisman di Thailand dan Malaysia melebihi Indonesia setiap tahunnya. Kunjungan wisman ke Thailand mencapai 29 juta pada tahun lalu, sedangkan Malaysia mencapai 25 juta. 

Meskipun jumlah kamar hotel baik bintang dan nonbintang lebih besar dari negara asing lain, sambungnya, tren pendapatan dari kamar yang tersedia di Tanah Air mengamami penurunan yakni dari US$100/kamar pada 2013 menjadi US$90/kamar pada 2017.

"Jumlah kamar 600.000 ini hanya hotel berbintang ya. Memang kamar terbanyak berada di Jawa dan Bali yakni sekitar 227.100 kamar, untuk Jakarta sendiri ada 56.100 kamar. Di Sumatera ada 37.200 kamar," ucap Hariyadi. 

Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Tour dan Travel Agent Indonesia (Asita) Jakarta Hasiyana memperkirakan tingkat okupansi hotel di Jakarta sepanjang tahun ini akan berkisar 70% hingga 75%. Sepanjang 2017, tingkat okupansi kamar di Jakarta mencapai 63,26%. 

"Saya yakin adanya Asian Games sebentar lagi berdampak pada keterisian kamar hotel di Jakarta. Diperkirakan hingga akhir tahun okupansi capai 70% hingga 75%," ujarnya. 

Chief Operating Officer Artotel Group Eduardo Rudolf Pangkerego menuturkan okupansi hotel Artotel Grup khususnya di Jakarta sepanjang tahun ini akan berkisar 80% hingga 90%. Hal ini dikarenakan akan banyaknya kunjungan wisman dan wisnus ke Jakarta untuk melihat ajang perhelatan Asian Games. 

"Ya sekitar 80% hingga 90% hingga akhir tahun ya," ucapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper