Gerhana Bulan Total 28 Juli 2018: Warga Diimbau Salat Gerhana. Begini Caranya

Saeno
Rabu, 25 Juli 2018 | 19:39 WIB
Ilustrasi: Gerhana bulan total di Pieta, Malta, 1 Januari 2018./Reuters
Ilustrasi: Gerhana bulan total di Pieta, Malta, 1 Januari 2018./Reuters
Bagikan

Bisnis.com, SURABAYA - Warga diimbau melaksanakan salat gerhana bulan atau salat khusuf sekaitan kemungkinan terjadinya gerhana bulan total pada Sabtu, 28 Juli 2018.

"Kami imbau warga Muhammadiyah melaksanakan salat gerhana saat terjadi gerhana bulan," ujar Wakil Ketua PW Muhammadiyah Jatim Nadjib Hamid kepada wartawan di Surabaya, Rabu (25/7/2018).

Imbauan salat gerhana juga disampaikan Majelis Tarjih dan Tajid Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui Maklumat bernomor No 02/MLM/L1/2018 tertanggal 21 Juli 2018.

Dalam maklumat tersebut juga dijelaskan secara terperinci fenomena gerhana sebagian pada pukul 01.24 WIB, disusul gerhana total terjadi mulai pukul 02.30 WIB.

Kemudian, puncak gerhana total pada pukul 03.22 WIB, lalu gerhana bulan berakhir pada pukul 04.13 WIB, serta gerhana sebagian berakhir pukul 05.19 WIB.

Selain mengimbau dilaksanakannya salat gerhana, dalam maklumat tersebut juga dituliskan bahwa pimpinan dan warga Muhammadiyah melakukan pengamatan gerhana bulan menggunakan alat yang dimiliki.

"Setelah salat, dipersilakan untuk mengamati gerhana bulan, mulai gerhana bulan sebagian hingga gerhana bulan total," kata Nadjib Hamid.

Berdasarkan catatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di laman bmkg.go.id, pada tahun 2018 ini gerhana bulan terjadi pada 31 Januari yaitu gerhana bulan total, dan pada 28 Juli 2018 juga akan terjadi gerhana bulan total.

Gerhana bulan adalah peristiwa ketika terhalanginya cahaya matahari oleh bumi sehingga tidak semuanya sampai ke bulan serta merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi matahari, bumi, dan bulan. Hal ini hanya terjadi pada saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya.

Cara Salat Gerhana

Seperti diberitakan Tempo.co, Rabu, 31 Januari 2018, berdasarkan Keputusan Mu'tamar Tarjih XX Muhammadiyah di Garut 1396 H/1976 M dan ditanfidzkan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan untuk melaksanakan shalat khusuf, yaitu:

  • Apabila terjadi gerhana matahari atau bulan, hendaknya imam menyuruh orang menyerukan "Ash-Shalatu Jamiah". Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadist : "Pernah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah saw, beliau menyuruh orang menyerukan Ash-Shalatu Jamiah, lalu beliau maju mengerjakan salat empat kali ruku dalam dua rakaat dan empat kali sujud." (HR. al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad, lafadz al-Bukhari dari Aisyah ra)
  • Kemudian, imam memimpin orang banyak mengerjakan salat dua rakaat, pada tiap rakaat berdiri dua kali, ruku dua kali, dan sujud dua kali, serta pada tiap rakaat membaca Fatihah dan surat yang panjang dengan suara nyaring, dan pada tiap ruku dan sujud membaca tasbih lama-lama. Berdasarkan dalil yang artinya "Pada salat gerhana Nabi saw menyaringkan bacaannya. Dan dikerjakannya empat kali ruku dalam dua rakaat serta empat kali sujud." (HR. al-Bukhari dan Muslim, lafadz Muslim dari Aisyah ra.)
  • Setelah selesai salat ketika orang-orang masih tetap duduk, imam berdiri menyampaikan peringatan dan mengingatkan mereka akan tanda-tanda kebesaran Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadist yang artinya: "Pada masa hidup Rasulullah saw pernah terjadi gerhana matahari, lalu beliau keluar ke masjid, kemudian beliau bertakbir sedangkan orang banyak ikut bersaf-saf di belakangnya. Lalu beliau membaca bacaan panjang-panjang kemudian bertakbir untuk ruku lama sekali, kemudian mengangkat kepalanya lalu mengucapkan 'Sami'allahu liman hamidah, Rabbana wa lakalhamdu', kemudian beliau berdiri lalu membaca bacaan panjang-panjang tetapi lebih pendek dari yang pertama kemudian bertakbir untuk ruku lama sekali tetapi lebih sebentar dari yang pertama, lalu mengucapkan 'Sami'allahu liman hamidah, Rabbana wa lakalhamdu, kemudian sujud. Kemudian pada rakaat kedua beliau kerjakan seperti itu, sehingga seluruhnya merupakan empat kali ruku dan empat kali sujud. Dan matahari lalu nampak terang sebelum shalat selesai. Kemudian beliau bangkit berkhutbah dengan menyampaikan puji kepada Allah sebagaimana mestinya dan beliau mengatakan: Matahari dan bulan keduanya adalah tanda kebesaran Allah Yang Maha Mulia, gerhananya bukan disebabkan mati dan lahirnya seseorang. Dan jika kamu menyaksikan hal itu maka segeralah shalat." (HR. al-Bukhari, Muslim dan Ahmad dari Aisyah ra.)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Saeno
Editor : Saeno
Sumber : Antara/Tempo.co
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper