Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Strategi Pelaku Industri Menghadapi Tren Pelemahan Rupiah

Pelaku industri dalam negeri melakukan berbagai efisiensi di tengah tren pelemahan nilai tukar rupiah untuk menjaga margin keuntungan.
Lembaran mata uang rupiah dan dolar AS diperlihatkan di salah satu jasa penukaran valuta asing di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Lembaran mata uang rupiah dan dolar AS diperlihatkan di salah satu jasa penukaran valuta asing di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA--Pelaku industri dalam negeri melakukan berbagai efisiensi di tengah tren pelemahan nilai tukar rupiah untuk menjaga margin keuntungan.

Vincent Harijanto, Ketua Komite Perdagangan dan Industri Bahan Baku Farmasi GP Farmasi Indonesia, mengatakan produsen farmasi saat ini mau tidak mau melakukan efisiensi karena opsi menaikkan harga jual sulit dilakukan. Hal ini disebabkan harga kontrak untuk program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) tidak bisa diubah.

Di luar program JKN, produsen bisa menaikkan harga. Namun, program tersebut menjadi pasar utama penyerap produk farmasi dalam negeri.

"Kami melihat ke dalam dulu sebelum menaikkan harga, apa yang bisa diefisiensikan. Banyak aspek yang bisa, seperti kecepatan produksi, penggunaan mesin, dan juga pembelian bahan baku," ujarnya di Jakarta, Rabu (11/7/2018).

Vincent mencontohkan dari sisi pembelian bahan baku, pabrikan bisa membeli dalam jumlah yang lebih besar untuk mendapatkan harga per kilogram yang lebih rendah. Selain itu, pabrikan farmasi juga mencari alternatif pemasok active pharmaceutical igredient (API) serta melakukan lindung nilai atau hedging dengan bank.

Menurutnya, pengaruh pelemahan rupiah menambah beban produsen farmasi karena sebelumnya harga bahan baku telah meningkat akibat kebijakan environment protection yang dikeluarkan pemerintah China.

Dia menyebutkan beberapa bahan baku obat yang mengalami kenaikan harga antara lain paracetamol, yang sebelumnya US$3 per kilogram naik 20% menjadi US$3,6 per kilogram, dan amoxicillin yang mengalami kenaikan sebesar 50% dari US$16 per kilogram menjadi US$24 per kilogram.

Tidak hanya dari sektor farmasi, pelaku industri makanan dan minuman juga berupaya melakukan beberapa langkah untuk meningkatkan efisiensi untuk mempertahankan margin sebelum memutuskan untuk menaikkan harga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Maftuh Ihsan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper