Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Mebel Dapat Berkah dari Depresiasi Rupiah

Dari sekian banyak pelaku industri yang mengaku tidak dapat memanfaatkan peluang ekspor di tengah depresiasi rupiah, Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) mengkalim dapat merespons tantangan tersebut dengan baik.
Pekerja menyelesaikan pembuatan kursi rotan untuk acara pernikahan putri Presiden Joko Widodo, Kahiyang Ayu dengan Bobby Nasution, di sentra industri rotan Tangsan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (2/11)./ANTARA-Maulana Surya
Pekerja menyelesaikan pembuatan kursi rotan untuk acara pernikahan putri Presiden Joko Widodo, Kahiyang Ayu dengan Bobby Nasution, di sentra industri rotan Tangsan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (2/11)./ANTARA-Maulana Surya

Bisnis.com, JAKARTA -- Dari sekian banyak pelaku industri yang mengaku tidak dapat memanfaatkan peluang ekspor di tengah depresiasi rupiah, Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) mengkalim dapat merespons tantangan tersebut dengan baik. 

"Untuk jangka pendek pasti menguntungkan sekali, cuma memang penjualan lebih tersebut harus dimanfaatkan dengan abik," kata Rudy T. Luwia, Wakil Ketua Umum Asmindo kepada Bisnis, Minggu (8/7/2018).

Namun, sayangnya, Rudy masih belum dapat memaparkan keuntungan alumulasi keuntungan yang didapat dari pelaku usaha permabelan sejauh ini.

Meski mendapat keuntungan, dia mengatakan, sejumlah pelau usaha tetap menaggung beban ynag cukup tinggi dari, dikarenakan naikkan biaya bahan baku impor. 

Adapun, untuk pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) biasanya masih menggunakan 30% bahan baku impor, sedangkan pelaku usaha besar menggunakan 50%. "Jadi memang masih ada biaya yang harus tangggung, tapi masih surplus," katanya. 

Selain itu, katanya, di tengah kondisi perang dagang, Rudy cukup optimis dapat memanfaatkan peluang pasar di Amerika untuk menggantikan produk dari China. 

"Peluang untuk furniture harusnya lebih baik, karena produk kita lebih green, tenaga kerja di China sudah mulai mahal, dan kalau ditambah tarif, produk kita akan semakin kompetitif," katanya.

Hanya saja, dia mengkahwatirkan, kemungkinan lonjakan permintaan yang besar dari Amerika tersebut agak sulit dijawab karena masih besarnya jumlah pelaku UMKM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : M. Richard

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper