Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RNI Coba Peluang Bisnis Gula Chopstick

Guna mengatrol pemenuhan angka kebutuhan gula nasional, salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana melakukan diversifikasi bisnis gula konsumsi masyarakat.
Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia  B. Didik Prasetyo berkunjung ke kantor redaksi Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa (28/11)./JIBI-Dedi Gunawan
Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia B. Didik Prasetyo berkunjung ke kantor redaksi Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa (28/11)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Guna mengatrol pemenuhan angka kebutuhan gula nasional, salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana melakukan diversifikasi bisnis gula konsumsi masyarakat.

 Langkah tersebut dilakukan oleh  PT Rajawali Nusantara Indonesia/RNI (Persero). Direktur Utama RNI Didiek Prasetyo mengaku, proses diversifikasi bisnis produk gula tesebut dilakukan dengan melakukan kajian secara mendalam untuk  memproduksi gula chopstick.

 “Saat ini masih dalam kajian dan belum kami eksekusi. Produk ini nantinya diharapkan akan memberikan pilihan bagi masyarakat yang selama ini terbiasa dengan gula pasir,” ungkapnya kepada Bisnis.com belum lama ini.

 Dia menuturkan, produk gula yang serupa dengan varian gula batu tersebut nantinya akan dijual di pasar dalam negeri.

 Adapun, dalam rancangan awalnya, satu batang gula chopstick akan setara dengan dua sendok teh gula kristal putih (GKP). Akan tetapi, dia belum dapat menyebutkan kapan kajian tersebut selesai.

 Didik mengatakan gula jenis baru tersebut bakal diproduksi dari tebu hasil panen dari areal perkebunan baru RNI di kawasan Indonesia Timur.

 Menurutnya, RNI berencana membuka perkebunan tebu baru di kawasan Indonesia Timur. Hanya saja dia belum dapat mengumuman lokasi yang akan dijadikan perkebunan baru tersebut.

 “Produk ini adalah upaya kami menciptakan produk bernilai tambah. Di sisi lain, dengan adanya produk baru dan hasil produksi tebu dari perkebunan baru, dapat menjadi salah satu solusi menekan defisit kebutuhan gula konsumsi nasional,” lanjutnya.

 Terpisah,  Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengatakan bahwa upaya penambahan lahan tebu yang diikuti oleh diversifikasi produk gula berpotensi menjadi solusi di tengah defisit konsumsi gula nasional.

 Pasalnya, pada tahun lalu, kebutuhan gula konsumsi nasional mencapai 3,5 ton dan didominasi oleh gula kristal putih (GKP). Adapun, menurutnya, produksi GKP dari produsen swasta maupun BUMN berkisar pada 2,2 juta ton.

 “Utamanya lahan perkebunan tebu harus ditambah dahulu. Dari situ, nanti akan muncul peluang baru dari sektor gula komersial. Syukur-syukur ” katanya.

 Sekadar catatan, kebutuhan GKP pada tahun ini diproyeksi sekitar 2,9 juta ton. Adapun, realisasi produksi diperkirakan hanya mencapai sekitar 2,2 juta ton. Awal tahun ini, pemerintah membuka keran impor gula mentah sejumlah 1,1 juta ton untuk dijadikan GKP. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper