Bisnis.com, JAKARTA -- Sektor manufaktur Indonesia mulai kehilangan momentum pertumbuhan.
Riset Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia dari Nikkei yang dikutip, Selasa (3/7/2018) mencatat berdasarkan survei di Juni 2018 keyakinan para pimpinan perusahaan manufaktur untuk melakukan peningkatatan produksi berada pada level 50,3. Turun tajam dibandingkan dengan keyakinan bulan sebelumnya sebesar 51,7.
Aashna Dodhia, Ekonom IHS Markit menyebutkan Data PMI menunjukkan perbaikan kondisi operasional pada Juni merupakan yang paling lemah sejak awal tahun. Ini menandai hilangnya momentum pertumbuhan yang terjadi sejak Mei.
"Hal ini menggambarkan ekspansi lebih lambat pada output dan permintaan baru," kata Aashna.
Dia mengatakan kebijakan Bank Indonesia menaikkan suku bunga untuk melindungi nilai tukar rupiah yang terus menurun turut menekan konsumsi. Saat yang sama para responden menyatakan terjadi peningkatan biaya produksi akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
"[Kondisi ini menjadi] sangat menantang bagi pembuat kebijakan untuk memastikan stabilitas finansial tanpa mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi selama beberapa bulan mendatang," katanya.
Para responden penelitian ini menyebutkan, jika biaya mengalami kenaikan, perusahaan akan menaikan harga jual produk-produk yang dihasilkan. Kendala transportasi juga menjadi penekan industri. Akibatnya waktu pengiriman produk pada pembeli menjadi lebih panjang dari seharusnya.
"Kepercayaan diri berbisnis menurun ke posisi terendah sejak Oktober 2012 dan merupakan salah satu yang paling lemah sejak survei dimulai pada April tahun yang sama," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel