Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hasil Lobi-Lobi Perdagangan RI dengan Tunisia, Maroko, dan Timor Leste

Dalam kurun waktu sepekan terakhir, pemerintah getol menjajaki sejumlah kerja sama baru dengan mitra nontradisional seperti Maroko, Tunisia dan Timor Leste untuk pengembangan ekspor.

Bisnis.com, JAKARTA — Dalam kurun waktu sepekan terakhir, pemerintah getol menjajaki sejumlah kerja sama baru dengan mitra nontradisional seperti Maroko, Tunisia dan Timor Leste untuk pengembangan ekspor.

 Langkah pengembangan pasar ekspor RI ditengarai merupakan upaya untuk mencapai target ekspor nonmigas yang cukup ambisius pada tahun ini, yaitu 11% dari realisasi tahun lalu alias setara dengan US$188,7 miliar.

 Indonesia mengalami surplus dengan ketiga negara seperti Maroko senilai US$17,10 juta pada 2017, dengan Tunisia sjumlah US$22,42 juta, dan dengan Timor Leste senilai US$226,29 juta.

 Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memulai misi dagang ke Maroko dan Tunisia pada 24—28 Juni 2018, dengan fokus untuk memulai perundingan dengan kedua negara di Benua Afrika itu.

 "Kemendag berkomitmen untuk menggarap pasar tersebut dengan maksimal. Tunisia dan Maroko diharapkan dapat menjadi hub bagi produk Indonesia di kawasan Afrika khususnya Afrika bagian utara dan Uni Eropa," ujarnya dalam siaran pers, Kamis (28/6/2018).

 Pada misi dagang ke Maroko, Enggar membawa setidaknya 35 pelaku usaha dari 18 perusahaan dan Pemerintah Daerah Sumatera Utara. Sejumlah sektor usaha yang ikut dalam misi dagang tersebut seperti minyak kelapa sawit, kelapa, kakao, kopi, makanan dan minuman, rempah-rempah, peralatan medis, perhiasan, firnitur, bahan bangunan, hingga karet.

 Di Tunisia, Kemendag memboyong 21 pelaku bisnis dari 11 perusahan dan lembaga dari berbagai sektor usaha selama ini produk utama yang diekspor ke Tunisia  antara lain CPO, minyak kelapa dan turunannya, palm kernel, benang filamen sintetis, serang benang sintetis dan lysine.

 Indonesia dam Tunisia juga sepakat untuk memulai perundingan preferential trade agreement (PTA) untuk meningkatkan perdagangan kedua negara. Kerjasam PTA diyakini akan mengurangi hambatan tarif sehingga mendorong peningkatan hubungan perdagangan.

 Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan ekspor produk nonmigas Indonesia ke Tunisia senilai US$44,19 juta. Indonesia juga mencatatkan surplus perdagangan mencapai US$22,42 juta karena impor produk Tunisia ke Tanah Air hanya US$32,77 juta.

 Sementara itu, ekspor Indonesia ke Maroko mengalami naik turun dalam nilai ekspor. Dari situs Kementerian Perdagangan tercatat ekspor RI ke Maroko berada di posisi US$87,38 juta pada 2015  dan sempat naik menjadi US$95,61 miliar pada 2016. Akan tetapi ekspor ini kembali lesu menjadi US$85,92 juta.

Pada saat yang sama Indonesia turut memperkuat hubungan dengan Timor Leste, salah satunya saat Presiden Demokratik Timor Leste Francisco Guterres Lu Olo mengunjunggi Indonesia.

 Selama ini ekspor ke negara tersebut mengalami stagnansi atau hanya tumbuh tipis. Pada 2015 ekspor RI ke Timor Leste mencapai US$216,48 juta dan tumbuh tipis US$225,91 juta pada 2016. Adapun ekspor selama 2017 tercatat senilai US$228,14 juta.

 Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (kadin) Indonesia Shinta W Kamdani mengemukakann Indonesia belum memaksimalkan sejumlah potensi ekspor ke negara itu, seperti Kopi. Tunisia mengimpor 60% kopi robusta dari Vietnam, dan Uganda. Selain itu kopi arabika juga diimpor setidaknya 40% dari Brazil dan  Kolombia.

 "Karena itulah kita membutuhkan PTA agar dapat bersaing dengan negara lain," kata Shinta.

Menurutnya untuk perdagangan ke Mozambik, ekspor yang mengalami penurunan sejak dua tahun terakhir dialami oleh produk makanan dan minuman dari US$67 juta pada 2012 menjadi hanya US$11 juta pada 2016. Kondisi dinilai harus ditanggapi dengan meluncuran PTA untuk menyegarkan kembali perdagangan RI.

 Di samping itu, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perdagangan Benny Soetrisno menilai perdagangan Indonesia dengan Timor Leste masih dapat ditingkatkan, seperti untuk ekspor produk manufaktur dan bahan pokok.

 "Perlu ditingkatkan ekspor kebutuhan pokok dan kebutuhan industri manufaktur [ke Timor Leste," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rayful Mudassir

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper