Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Perhiasan Indonesia Turun, Ini Sebabnya

Ekspor produk perhiasan dan permata mengalami penurunan 16,83% menjadi US$0,43 miliar pada Mei dibandingkan dengan April, sebagai dampak dari pemberlakuan hambatan perdagangan yang diberlakukan oleh Uni Emirat Arab.
Perhiasan milik Tulola Jewelry/Bisnis - Ramadha Mawadha
Perhiasan milik Tulola Jewelry/Bisnis - Ramadha Mawadha

Bisnis.com, JAKARTA — Ekspor produk perhiasan dan permata mengalami penurunan 16,83% menjadi US$0,43 miliar pada Mei dibandingkan dengan April, sebagai dampak dari pemberlakuan hambatan perdagangan yang diberlakukan oleh Uni Emirat Arab.  

 Selama ini, Dubai merupakan pangsa pasar terbesar dari ekspor perhiasan dan permata Indonesia. Sayangnya, Uni Emirat Arab (UEA) menerapkan bea masuk (BM) sebesar 5% terhadap impor perhiasan sejak awal 2017.

 Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia (Apepi) Jeffrey Tumewa menjelaskan, 30% dari produksi perhiasan Indonesia diekspor ke UEA. Namun, pemberlakuan BM tersebut semakin memukul industri perhiasan dalam negeri.

 Menurutnya, kebijakan tersebut sengaja diterapkan untuk memproteksi pasar Dubai agar tidak dikuasai oleh produk perhiasan dari Indonesia. Kondisi itu memaksa pengusaha alih strategi dengan mengekspor ke Singapura untuk dijadikan hub sebelum dijual ke Dubai.

 “Pasalnya, Singapura hingga kini masih memberlakukan bea masuk 0% [untuk produk perhiasan]. Selain itu, pasar permata Indonesia juga diekspor ke negara Asia dan Eropa, termasuk Italia dan Jerman,” tuturnya saat dihubungi, Rabu (27/6/2018).

 Dia menjelaskan ekspor produk permata dan perhiasan sejak 2 tahun terakhir mengalami penurnan. Selain terdampak penerapan BM oleh UEA, kondisi tersebut dipicu persaingan di pasar global. 

“Memang ada penurunan permintaan di pasar global. Akan tetapi, [secara umum] ekspor [perhiasan dan permata] saya kira masih bagus, masih lumayan.”

 Jeffrey menilai penurunan ekspor perhiasan selama 2 tahun terakhir juga disebabkan oleh banyaknya perusahaan di luar negeri yang gulung tikar, sehingga banyak negara yang mencari pemasok baru termasuk Indonesia.

 Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama. Setelah beberapa tahun mengalami krisis, perusahaan-perusahaan perhiasan asing itu kembali menggenjot produksi dan mulai terjun lagi dalam persaingan pasar dengan produk buatan Indonesia.

 Faktor lain yang memengaruhi pelemahan ekspor perhiasan adalah peraturan di dalam negeri. Menurutnya, selama ini perusahaan tidak lagi diperbolehkan menjual produksinya ke luar negeri dengan sistem hand carry alias dibawa langsung melalui jalur penumpang.

 Aturan Ditjen Bea Cukai mengharuskan ekspor produk perhiasan melalui jasa pengiriman. “Akhirnya biayanya menjadi lebih tinggi, sehingga itu menjadi salah satu kendala,” ujarnya.

 Untuk saat ini, dia berharap pemerintah dapat melakukan upaya negosiasi dengan Pemerintah UEA untuk menurunkan BM agar ekspor produk permata dan perhiasan dapat kembali terkerek.

 Saat dimintai konfirmasi, Direktur  Pengamanan Perdagangan Kementerian Perdagangan Pradnyawati berpendapat bea masuk 5% yang diterapkan UEA masih tergolong kecil untuk produk perhiasan permata.

 Sehingga, hal tersebut seharusnya tidak bisa dijadikan alasan pelemahan ekspor. “Kalau bea masuk 5% tergolong kecil, apalagi yang diekspor perhiasan emas,” katanya.

 Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor perhiasan permata terus mengalami kemerosotan sejak 2017. Ekspor komoditas itu tercatat mencapai US$6,35 miliar pada 2016 dan anjlok 11,94% menjadi US$5,60 miliar pada 2017.

 Pada Mei 2018, ekspor perhiasan permata turun tajam mencapai 16% dibandingkan dengan April atau dari US$522,6 juta menjadi US$434,9 juta. Meski demikian ekspor ini masih terbilang baik secara kumulatif Januari—Mei 2018 dibandingkan dengan tahun lalu.

 

BPS mencatat ekspor perhiasan dan permata secara kumulatif 2018 meningkat 19,07% atau menjadi US$2,71 miliar dari US$2,27 miliar pada periode sama 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rayful Mudassir

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper