Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Ekspor CPO Terancam Turun

Eksportasi crude palm oil (CPO) berada dalam kawasan abu-abu yang sulit diprediksi dengan adanya hambatan dagang dari Uni Eropa.

Bisnis.com, JAKARTA - Bisnis eksportasi crude palm oil (CPO) berada dalam kawasan abu-abu yang sulit diprediksi dengan adanya hambatan dagang dari Uni Eropa.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, Joko Supriyono mengatakan sulit untuk memprediksikan kinerja ekspor CPO ke pasar internasional dengan semakin banyak hambatan perdagangan.

"Wah sulit memprediksi, karena tahun ini tantangan berupa hambatan perdagangan makin banyak," katanya pada Minggu (24/6).

Menurutnya, kalau hambatan perdagangan bisa diatasi baik oleh pemerintah maupun pihak swasta, kinerja ekspor dapat lebih baik. "Kita bisa lebih baik dari ekspor tahun lalu yaitu 32 juta ton. Tapi jika hambatan perdagan tidak bisa selesai dikhawatirkan ekspor lebih rendah daripada tahun lalu," pungkasnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang mengatakan dengan ISPO dapat membuktikan kampanye hitam yang dilancarkan uni eropa adalah salah.

Bambang mengatakan Eropa tidak menerima keberadaan ispo karena mereka tidak paham bahwa sertifikat tersebut membuktikan lahan perkebunan bebas kawasan dan semua tata kelola sesuai perizinan.

Tidak lagi melanggar ham, budidaya perkebunan yang baik, produktivitas pohon juga bisa membaik. Kita harus dorong semua perusahaan dan kementerian terkait menyelesaikan masalah. Kondisi sekarang ini memang pelajaran bagi kita untuk membenarkan [praktik perkebunan]. Daripada lawan kampanye negative nanti kita lupa," katanya.

Dengan mendorong sertifikasi ispo, katanya, juga bisa mendorong perbaikan produktivitas secara tidak langsung.

Bambang mengakui produktivitas rata-rata produksi pohon kelapa sawit adalah 3 ton sedangkan rekomendasi Ditjenbun adalah 9 ton.

Sertifikasi ISPO dapat mendorong petani dalam perbaikan budidaya penanaman agar produksi dapat maksimal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper