Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Isu Kelautan dan Perikanan Jadi Sorotan Dalam Dialog Asean dan Korea Selatan

Isu mengenai lingkungan laut dan pemancingan berlebihan menjadi topik utama yang diusung Indonesia dalam pertemuan Asean - Republic of Korea ke-22 di, Seoul, Kamis (21/6/2018).
Ilustrasi: Pekerja memilah ikan untuk dipasarkan di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta, Selasa (30/1). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menargetkan produksi ikan pada tahun 2018 sebanyak 9,45 juta ton atau setara dengan Rp209,8 triliun dengan cara mendorong keterlibatan BUMN pada sektor perikanan dan memperbaiki sistem pencatatan di seluruh Tempat Pelelangan Ikan (TPI). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Ilustrasi: Pekerja memilah ikan untuk dipasarkan di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta, Selasa (30/1). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menargetkan produksi ikan pada tahun 2018 sebanyak 9,45 juta ton atau setara dengan Rp209,8 triliun dengan cara mendorong keterlibatan BUMN pada sektor perikanan dan memperbaiki sistem pencatatan di seluruh Tempat Pelelangan Ikan (TPI). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA — Isu mengenai lingkungan laut dan pemancingan berlebihan menjadi topik utama yang diusung Indonesia dalam pertemuan Asean - Republic of Korea ke-22 di, Seoul, Kamis (21/6/2018).

Direktur Jenderal Kerja Sama Asean Kementerian Luar Negeri Jose Tavares mengatakan Asean dan Korea Selatan perlu bekerja sama melalui mekanisme Asean-Ied guna memastikan keberlanjutan dan masa depan sektor kelautan.

“Rusaknya lingkungan laut dan over fishing menjadi tantangan utama dalam kelautan dunia yang perlu diatasi melalui kerja sama antarbangsa," tuturnya dalam keterangan tertulis, dikutip dari situs resmi Kemlu, Jumat (22/6/2018).

Dalam kesempatan tersebut, Tavares juga menyampaikan komitmen dan kepemimpinan Indonesia di bidang kelautan, salah satunya melalui usulan EAS Leaders' Statement on Regional Plan of Action on Combating Marine Plastic Debris sebagai salah satu dokumen para pimpinan negara peserta East Asia Summit (EAS), November 2018.

Pertemuan tersebut juga mengapresiasi inisiatif New Southern Policy yang dikembangkan oleh Korea Selatan sebagai komitmen peningkatan kerja sama dengan Asean dan negara anggotanya.

Kebijakan tersebut berporos pada tiga isu utama yakni people, prosperity, dan peace. Meningkatnya hubungan ekonomi dan budaya, serta semakin terikatnya stabilitas di Asia Tenggara dan Asia Timur menjadi alasan pembentukan kebijakan yang digagas oleh Presiden Moon Jae-in.

Korea Selatan juga berharap Asean dapat memainkan peran penting dalam proses perdamaian di Semenanjung Korea, salah satunya dengan tetap memberi sambutan positif atas perkembangan proses damai.

Pertemuan ke-22 ASEAN-ROK Dialogue dipimpin bersama oleh Kan Pharidh, Ketua SOM ASEAN-Kamboja serta Yoon Soon-gu, Ketua SOM ROK.

Pertemuan juga telah mengkaji implementasi kerja sama kemitraan Asean-ROK di berbagai bidang serta membahas isu yang menjadi kepentingan bersama, antara lain Arah ke Depan Kerja Sama Kemitraan ASEAN-ROK, rencana penyelenggaraan KTT Peringatan 30 tahun Kerja Sama Kemitraan Asean-ROK, Arsitektur Kawasan, Situasi Ekonomi dan Keuangan Global, Perkembangan di Semenanjung Korea, serta Isu Keamanan Non-Tradisional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper