Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang AS-China Berlanjut

Aksi balas membalas tarif impor antara AS dan China berlanjut meski kedua negara telah bertemu untuk membicarakan kebijakan dagang masing-masing belum lama ini.
Presiden AS Donald Trump berinteraksi dengan Presiden China Xi Jinping di Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida, AS, 6 April 2017./.Reuters-Carlos Barria TPX
Presiden AS Donald Trump berinteraksi dengan Presiden China Xi Jinping di Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida, AS, 6 April 2017./.Reuters-Carlos Barria TPX

Bisnis.com, JAKARTA -- Aksi balas membalas tarif impor antara AS dan China berlanjut meski kedua negara telah bertemu untuk membicarakan kebijakan dagang masing-masing belum lama ini.

Presiden AS Donald Trump mengumumkan akan menerapkan tarif impor sebesar 10% atas barang-barang China yang bernilai US$200 miliar.

Dalam pernyataan resminya pada Senin (18/6), Trump mengatakan telah meminta US Trade Representative (USTR) untuk mengidentifikasi produk China mana saja yang bakal dikenai tarif baru ini. Langkah tersebut diklaim sebagai bentuk perlawanan atas keputusan China menaikkan tarif impor atas produk AS yang nilainya US$50 miliar.

"Setelah proses legal selesai, tarif ini akan efektif berlaku jika China menolak mengubah praktik dagangnya dan jika China bersikukuh menerapkan tarif baru yang belum lama ini disampaikan," paparnya, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (19/6).

Perang dagang berlanjut setelah pembicaraan kedua negara beberapa waktu lalu gagal menyelesaikan keluhan AS terhadap kebijakan China, termasuk mengenai hak kekayaan intelektual dan tertutupnya akses pasar di Negeri Panda. AS mengklaim mengalami defisit neraca dagang hingga US$375 miliar dengan China.

Pernyataan Trump ini disampaikan setelah China menyatakan bakal menerapkan tarif tambahan atas ratusan produk AS, sebagai balasan atas pernyataan Trump sebelumnya.

Pada Jumat (15/6), Trump mengungkapkan akan melanjutkan tarif sebesar 25% atas produk China senilai US$50 miliar.

Atas hal itu, Kementerian Perdagangan China menegaskan bakal menerapkan tarif tambahan sebesar 25% atas 659 produk AS yang bernilai US$50 miliar, salah satunya kacang kedelai--produk impor dengan nilai terbesar dari Negeri Paman Sam.

Tarif untuk produk pertanian, termasuk kedelai, saja sudah mencapai US$34 miliar. Tarif produk pertanian akan diterapkan mulai 6 Juli 2018, sedangkan sisanya bakal diumumkan kemudian.

Jumlah 659 produk ini juga mencakup otomotif, minyak mentah, gas alam, batu bara, dan beberapa produk turunan minyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper