Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ExxonMobil Pertimbangkan Impor LNG

ExxonMobil Corp tengah mempertimbangkan rencana impor gas alam cair atau liquefied natural gas untuk mengantisipasi kekurangan pasokan gas pada 2021 dan untuk melindungi pangsa pasarnya di Australia.
ExxonMobil/Reuters-Lucas Jackson
ExxonMobil/Reuters-Lucas Jackson

Bisnis.com, JAKARTA — ExxonMobil Corp tengah mempertimbangkan rencana impor gas alam cair atau liquefied natural gas untuk mengantisipasi kekurangan pasokan gas pada 2021 dan untuk melindungi pangsa pasarnya di Australia.

ExxonMobil akan bersaing dengan rencana peritel energi nomor dua di Australia, AGL Energy, yang akan mulai mengimpor LNG pada 2021 dan konsorsium JERA, Jepang yang akan mulai mengimpor pada 2020.

ExxonMobil juga tengah meningkatkan eksplorasi di lepas pantai Victoria dan mempertimbangkan rencana pengembangan lapangan gas, West Barracouta yang terletak di dekat lapangan gas yang eksis.

"Dikombinasikan dengan sumber daya dan infrastruktur Gippsland yang ada, fasilitas impor LNG dapat memastikan ExxonMobil dapat terus memenuhi kebutuhan pelanggan kami," ujar manajemen ExxonMobil seperti dikutip dari Reuters, Senin (18/6/2018).

Fasilitas impor LNG tersebut kemungkinan akan dibuka pada 2022.

Operator pasar energi Australia telah memperingatkan pada Maret bahwa Victoria, negara bagian pengonsumsi gas terbesar di Australia, dapat menghadapi kekurangan pasokan dari pertengahan 2021 karena penurunan pasokan yang cepat dari Gippsland Basin Joint Venture, yang dimiliki oleh ExxonMobil dan BHP Billiton.

Produksi gas dari Gippsland Basin, pemasok andalan Australia selama 50 tahun terakhir, pada 2022 diperkirakan turun menjadi hanya setengah dari produksi 2018.

Meskipun Australia siap untuk menantang Qatar sebagai eksportir LNG terbesar dunia, pasokan gas lokal berada di bawah ancaman karena penurunan lapangan dan kontrak ekspor jangka panjang.

ExxonMobil dapat menggunakan banyak infrastruktur yang ada di Longford, Victoria untuk fasilitas impor LNG.

Perusahaan menolak untuk mengomentari estimasi oleh analis Macquarie yang dikutip di surat kabar The Australian bahwa mereka dapat membangun fasilitas impor dengan investasi sekitar A$100 juta (US$74 juta), kurang dari setengah perkiraan biaya investasi dari dua rencana impor pesaingnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Zufrizal

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper