Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menuju Akhir Era Stimulus Longgar, The Fed dan ECB Melangkah Beriringan

Bank Sentral AS (Federal Reserve) hampir diyakini bakal menaikkan suku bunga acuan pada Rabu (13/6/2018), semakin mendekati posisi kebijakan netral. Sementara itu, Bank Sentral Eropa (ECB) tampaknya akan memberikan sinyal pada Kamis (14/6) terkait penghentian skema pembelian obligasi dalam tahun ini.
Kanptr pusat Bank Sentral Eropa (ECB) di Frankfurt, Jerman/Reuters-Alex Domanski
Kanptr pusat Bank Sentral Eropa (ECB) di Frankfurt, Jerman/Reuters-Alex Domanski

Bisnis.com, JAKARTA – Dua bank sentral utama dunia melangkah beriringan untuk mengetatkan kebijakan moneter. Kendati mereka ingin memperlihatkan keyakinan terhadap pertumbuhan ekonomi global, risiko seperti perang dagang, pergerakan mata uang, dan turbulensi politik ikut membayangi.

Bank Sentral AS (Federal Reserve) hampir diyakini bakal menaikkan suku bunga acuan pada Rabu (13/6/2018), semakin mendekati posisi kebijakan netral.

Sementara itu, Bank Sentral Eropa (ECB) tampaknya akan memberikan sinyal pada Kamis (14/6) terkait penghentian skema pembelian obligasi dalam tahun ini.

Meski sebagian besar penyebabnya kebetulan, langkah beriringan dua bank sentral tersebut menunjukkan bahwa era stimulus longgar akan segera berakhir.

Hal itu juga mengindikasikan negara ekonomi utama dunia telah cukup kuat berdiri sendiri sambil mempersiapkan beberapa kebijakan sebelum menghadapi tren perlambatan berikutnya.

Bagi ECB, keputusan pekan ini akan menjadi awal dari langkah-langkah tambahan berikutnya. Para pembuat kebijakan akan sangat berhati-hati, mengingat dua kenaikan suku bunga sebelumnya pada 2011 telah menyebabkan krisis utang di Zona Euro.

Selama lebih dari lima tahun terakhir, perekonomian Zona Euro telah menguat. Hal itu didukung tingkat tenaga kerja, inflasi upah, dan pembelian obligasi.

Oleh karena itu, skema berikutnya untuk mengakhiri program pembelian obligasi merupakan langkah yang logis.

Adapun ECB telah menyatakan diskusi formal mengenai nasib pembelian aset sebesar 2,55 triliun euro (US$2,99 triliun) akan menjadi agenda Rapat Kebijakan ECB, pekan ini.

Namun, Gubernur ECB Mario Draghi harus memutuskan apakah bakal mengumumkan keputusannya dalam rapat pekan ini ataukah menunggu hingga rapat kebijakan bulan depan.

Pasalnya, akhir dari masa pelonggaran kuantitatif menimbulkan isu yang rumit bagi ECB, yaitu kenaikan suku bunga. Adapun pedoman perbankan memperkirakan bahwa suku bunga akan dipertahankan tidak berubah hingga pembelian obligasi terhenti sepenuhnya.

Dengan tidak adanya pembelian aset pada 2019, pedoman yang lebih spesifik diperlukan untuk menjaga ekspektasi kenaikan suku bunga dan untuk memberikan fleksibilitas bagi perbankan. ECB pun diharapkan memiliki sebuah formula yang dapat menjaga suku bunga tetap stabil untuk beberapa kuartal.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat pada kuartal I/2018 dan imbal hasil yang meningkat karena kekhawatiran instabilitas politik di Italia, tren penurunan di Zona Euro pun tampil semakin kuat.

Hal ini juga memperlihatkan alasan ECB yang mungkin ingin segera keluar dari stimulus longgar dan menghindari penarikan ke dalam politik.

“ECB telah memutuskan untuk melihat menembus acara politik,” kata UBS di dalam catatannya untuk klien, seperti dilansir Reuters, Senin (11/6).

UBS melanjutkan beberapa negara mungkin memiliki keinginan untuk mengurangi dukungan untuk pemerintah populis [di Italia] karena, setidaknya, pembelian obligasi Italia juga termasuk di dalam program pelonggaran kuantitatif.

Sementara itu, beberapa pihak lain menilai ECB memlilih untuk mengambil keputusan pada Juni 2018 karena para pembuat kebijakan khawatir dengan turbulensi pasar obligasi setelahnya.

“Mempercepat pengumuman akhir [pembelian obligasi] karena kekhawatiran akan lebih banyak awan yang membayangi outlook ekonomi setelahnya, disebabkan oleh ketidakpastian kebijakan, tidak akan menguatkan kredibilitas ECB,” kata Anatoli Annenkov, ekonom Societe Generale.

Di sisi lain, bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps menjadi 1,75%-2% tampaknya hal yang mudah. Pasalnya, otoritas moneter AS tersebut telah mencapai dua tujuan, yaitu tingkat inflasi 2% dan ekonomi dengan tingkat tenaga kerja penuh.

Pertanyaan berikutnya bagi The Fed adalah mengenai laju kenaikan suku bunga yang akan dilakukan pada 2018 dan 2019. Selain itu, pasar juga memperkirakan apakah The Fed akan mencapai suku bunga netral lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.

“Risiko domestik yang dihadapi perekonomian AS berada di tren positif. Jumlah signifikan dari stimulus fiskal juga mendukung ketika ekonomi semakin dekat dengan kapasitas penuhnya, bergerak di atas laju potensial,” kata Bill Diviney, ekonom ABN Amro.

Adapun isu lain yang harus diperhatikan The Fed adalah risiko eksternal, seperti perang dagang global dan risiko aset di negara-negara seperti Italia, Turki, atau Argentina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper