Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Global Lesu, Pabrikan Smartphone China Gempur Pasar India

Pengapalan ponsel pintar diperkirakan turun 0,2% pada 2018, dari 1.465 juta pada tahun lalu.
Pekerja merakit ponsel Infinix di pabrik perakitan PT. Adi Reka Mandiri (ARM) Cikarang, Jawa Barat, Selasa (20/3/2018)./JIBI-Dwi Prasetya
Pekerja merakit ponsel Infinix di pabrik perakitan PT. Adi Reka Mandiri (ARM) Cikarang, Jawa Barat, Selasa (20/3/2018)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA — Setelah turun 0,3% pada 2017, pasar ponsel dunia diramalkan akan terus turun sepanjang 2018. Lesunya pasar China menjadi salah satu penyebab yang paling signifikan.

Mengacu pada laporan International Data Corporation (IDC) Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker, pengapalan ponsel pintar akan turun 0,2% pada 2018, yaitu turun dari 1.465 juta pada tahun lalu.

Turunnya pasar ponsel pintar di China sebanyak 4,9% menjadi salah satu alasannya. Penurunan ini juga diprediksi akan terus terjadi hingga menyentuh 7,1%. Namun, diharapkan pasar akan kembali naik pada 2019. Efeknya, menurut IDC, pada 2019 pasar global juga cederung akan naik kembali dan diramal akan menyentuh angka hingga 1.654 pada 2022.

“Selepas 2017, kini kita menyaksikan dinamika pasar yang sangat menarik,” ujar Program Vice President with IDC's Worldwide Quarterly Mobile Device Trackers Ryan Reith, seperti dikutip Bisnis dari laman resmi IDC.

Dia mengatakan meskipun pasar China terus turun, tetapi Negeri Tirai Bambu itu tetap menjadi perhatian banyak pihak, mengingat konsumi ponsel mereka mencakup 30% dari seluruh ponsel di dunia.

Akan tetapi, Reith menyebut ada beberapa negara di luar China yang menunjukkan pertumbuhan baik. Di kawasan Asia Pasifik pasar ponsel di India terus menunjukkan pertumbuhan pesat, bahkan diprediksi akan mencapai 14% pada 2018 dan 16% pada tahun depan.

Para vendor China disebeut mengalihkan fokus mereka dari negaranya dan terus merajai pasar India dengan produk low-end. Mereka tampaknya berhasil menyesuaikan diri dengan tarif impor baru yang diberlakukan oleh Pemerintah India dengan melakukan perakitan akhir di India.

Ini membuat industri manufaktur di India terus menggeliat, meskipun masih memiliki ketergantungan besar pada China karena hampir semua komponen masih berasal dari sana.

Reith memprediksi “ledakan” di India masih akan berlanjut pada tahun-tahun mendatang. “Tetapi gerakan untuk memberdayakan industri lokal mereka menjadi perhatian para pelaku industri,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper