Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Siam Cement Incar Porsi Saham yang Signifikan di Kompleks Petrokimia Terpadu

Konglomerasi asal Thailand, Siam Cement Group (SCG), memastikan akan mengambil porsi saham cukup besar dalam pengembangan komplek petrokimia terpadu Chandra Asri Petrochemical kedua (CAP II) di Cilegon.
Gedung SCG, korporasi raksasa asal Thailand./www.scg.com
Gedung SCG, korporasi raksasa asal Thailand./www.scg.com

Bisnis.com, JAKARTA—Konglomerasi asal Thailand, Siam Cement Group (SCG),  memastikan akan mengambil porsi saham cukup besar dalam pengembangan komplek petrokimia terpadu Chandra Asri Petrochemical kedua (CAP II) di Cilegon.

Nantapong Chantrakul, Country Director Siam Cement Group (SCG) Indonesia, menuturkan proyek raksasa ini ditargetkan dapat dimulai pada awal 2019. Perusahaan juga memastikan tidak mengembangkan komplek petrokimia lain. 

"Kami tergabung bersama CAP II. Besaran saham kami belum dapat disampaikan," kata Nantapong di Jakarta, pekan lalu. 

SCG serius berinvestasi pada sektor petrokimia di Indonesia. Perusahaan sebelumnya juga telah berinvestasi pada pabrik Candra Asri. Konglomerasi dari Thailand ini menggenggam 30,57% saham. 

Lebih lanjut dia menjelaskan, kawasan petrokimia terpadu tahap kedua ini diperkirakan akan mulai memulai pembangunan pada 2019. Produksi diperkirakan dimulai pada 2022. 

Kawasan CAP II merupakan pengolahan nafta cracker senilai US$5,5 miliar atau setara Rp75 triliun di Cilegon, Banten. Pabrik ini dirancang mampu mengolah 1,2 juta ton nafta cracker per tahun. Selain itu juga kawasan juga akan dilengkapi dengan pengolahan produk turunan menjadi ethylene, propylene, hingga polyethylene, dan polypropylene

Dari bisnisnya yang ada di Indonesia, SCG melaporkan membukukan  pendapatan penjualan senilai Rp3,18 triliun sepanjang kuartal I/2018. Sementara itu, aset SCG di Indonesia mencapai Rp21,06 triliun. 

Roongrote Rangsiyopash, Presiden dan CEO SCG, mengatakan pendapatan tersebut naik 17% secara tahunan. Pertumbuhan ini disumbang oleh produk petrokimia dan impor dari Thailand.

"Meskipun dampak dari faktor yang tidak menguntungkan seperti persaingan yang ketat, peningkatan harga bahan baku dan penguatan Bath Thailand yang terbawa ke bisnis. Hasil kinerja kuartal I/2018 SCG sebanding dengan kuartal sebelumnya," ujarnya dalam keterangan resmi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anggara Pernando
Editor : Ratna Ariyanti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper