Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Siap-Siap, Harga Makanan Bakal Naik Setelah Lebaran

Pengusaha makanan dan minuman akan mengevaluasi harga produk setelah Lebaran apabila pelemahan nilai tukar rupiah terus berlanjut.
Adhi S. Lukman, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi)./Antara
Adhi S. Lukman, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA—Pengusaha makanan dan minuman akan mengevaluasi harga produk setelah Lebaran apabila pelemahan nilai tukar rupiah terus berlanjut.

Adhi S. Lukman, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), mengatakan evaluasi harga tersebut akan dilakukan karena dampak pelemahan nilai tukar tersebut cukup besar bagi perusahaan yang bergantung pada bahan baku impor.

"Katakanlah rupiah mencapai Rp14.500 per US$1, ada depresiasi 10%. Bagi perusahaan yang 70% bahan baku impor, biaya produksi naik 7%. Saya perkirakan ada kenaikan harga sekitar 3% hingga 7% setelah Lebaran kalau kurs terus seperti ini," katanya di Jakarta belum lama ini.

Kendati demikian, Adhi menyampaikan pengusaha juga mengkhawatirkan kenaikan harga produk akan menyebabkan omzet menurun. Oleh karena itu, selain kondisi nilai tukar, pelaku industri juga bakal melihat kondisi daya beli masyarakat setelah Lebaran sebagai pertimbangan.

Apabila produsen memutuskan untuk menaikkan harga, penaikan tersebut baru akan terasa pada kuartal III tahun ini. Pasalnya, penerapan harga baru berselang sekitar satu bulan setelah diputuskan.

Pengusaha mamin pun berharap rupiah dapat segera kembali menguat, apalagi Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dari 4,25% menjadi 4,5% pada pertengahan bulan ini. 

"Kami juga melihat kondisi ini kan hampir seluruh negara terdampak, semua negara pasti mencegah kondisi ini terus berlanjut," ujarnya.

Adapun, beberapa bahan baku yang banyak diimpor oleh produsen mamin di antaranya tepung terigu, gula, susu, dan garam.

Untuk harga produk mamin hingga Lebaran, Adhi memastikan tidak akan ada kenaikan karena para produsen telah meningkatkan stok bahan baku dan produksi mereka sejak Maret 2018. 

"Biasanya stok bahan baku cukup untuk 1 bulan dan barang jadi sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Namun, khusus lebaran, kami tingatkan produksi barang jadi sejak Maret cukup untuk stok 1 bulan—2 bulan," jelasnya.

Pada Ramadan dan Lebaran, Adhi memperkirakan permintaan masyarakat terhadap produk mamin meningkat 20% dibandingkan bulan-bulan biasa. Namun, kenaikan permintaan produk tertentu, seperti sirup, biskuit, kolang kaling dan nata de coco dapat mencapai dua kali lipat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper