Facebook Minta Maaf kepada Uni Eropa Atas Skandal Penyalahgunaan Data

Annisa Margrit
Rabu, 23 Mei 2018 | 07:28 WIB
Logo Facebook dalam bentuk 3 dimensi./Reuters
Logo Facebook dalam bentuk 3 dimensi./Reuters
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -- Chief Executive Facebook Mark Zuckerberg meminta maaf kepada regulator Uni Eropa karena gagal mencegah penyalahgunaan media sosial tersebut oleh pihak-pihak tertentu.

Pada Selasa (22/5/2018), Zuckerberg bertemu dengan pimpinan Parlemen Eropa di Brussels, Belgia untuk ditanyai tentang kebocoran data pengguna media sosial tersebut. Dalam pertemuan tersebut, dia menekankan warga Eropa sangat penting bagi Facebook.

"Kami tidak memahami seberapa besar tanggung jawab kami. Itu adalah sebuah kesalahan dan saya minta maaf untuk itu," ujar Zuckerberg seperti dilansir dari Reuters, Rabu (23/5).

Dia juga menyatakan masalahnya adalah apakah sebaiknya ada regulasi yang mengatur, tapi apa regulasi yang tepat untuk mengaturnya.

"Beberapa regulasi sangat penting dan tidak terhindarkan," ungkap Zuckerberg.

Hal ini sudah disampaikannya ketika bertemu dengan Kongres AS, beberapa waktu lalu.

Namun, Zuckerberg menolak menjawab saat ditanya apakah ada penggunaan data bersama antara Facebook dan anak usahanya, seperti WhatsApp, atau apakah nantinya pengguna akan dimungkinkan untuk memblokir iklan yang sengaja menyasar mereka.

BBC melaporkan pertemuan itu berlangsung selama 22 menit. Format pertemuannya juga berbeda dengan ketika Zuckerberg bertemu dengan Kongres AS.

Pada pertemuan kemarin, Zuckerberg bisa memilih pertanyaan mana yang akan dijawabnya. Hal ini menuai kritikan dari para politisi Eropa.

Tetapi, Facebook menegaskan format tersebut bukanlah permintaan mereka. Presiden Parlemen Eropa Antonio Tajani mengungkapkan para pimpinan parlemen memahami waktu Zuckerberg cukup terbatas sehingga mereka memutuskan untuk mengintensifkan waktu yang ada.

Seperti diketahui, data 87 juta pengguna Facebook bocor serta disalahgunakan oleh lembaga konsultan media dan politik Cambridge Analytica. Lembaga yang turut terlibat dalam kampanye Donald Trump dalam Pilpres AS pada 2016 itu sekarang sudah mengajukan pailit. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Bloomberg, BBC
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper