Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terus Ada Harapan di Industri Farmasi

Industri farmasi diproyeksikan masih tumbuh positif sepanjang tahun ini kendati menghadapi beberapa tantangan seperti pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Ilustrasi obat/JIBI
Ilustrasi obat/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA—Industri farmasi diproyeksikan masih tumbuh positif sepanjang tahun ini kendati menghadapi beberapa tantangan seperti pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Taufiek Bawazier, Direktur Industri Kimia Hilir Kementerian Perindustrian, mengatakan sepanjang kuartal I/2018 pertumbuhan industri farmasi dalam negeri tumbuh sebesar 7,36% secara tahunan. Angka ini dinilai cukup baik karena di atas pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,06%

"Pertumbuhan tersebut didorong permintaan dari dalam negeri dan pelaksanaan program layanan jaminan kesehatan oleh pemerintah. Selain itu, inovasi obat tradisional untuk pasar ekspor juga terus meningkat," ujarnya Selasa (15/5/2018).

Melihat realisasi sepanjang kuartal I/2018, Taufiek menyatakan pihaknya optimistis pertumbuhan farmasi dalam negeri hingga akhir tahun akan berada dalam angka positif. Pada awal tahun, Kemenperin memproyeksikan industri farmasi bisa tumbuh sebesar 6,46% secara tahunan.

Kendati kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sangat mempengaruhi sektor ini, Taufiek menyebutkan pada umumnya para pengusaha farmasi telah memperhitungkan pasokan bahan baku. 

Hal senada juga disampaikan Vidjongtius, Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk. Dia menuturkan pihaknya memperkirakan pertumbuhan industri farmasi bakal di angka 5% hingga 7% pada akhir tahun ini, kendati pada kuartal I/2018 bisnis perseroan hanya tumbuh 2,4%. "Masih bisa tumbuh, tetapi tidak tinggi," katanya.

Kenaikan bujet pemerintah untuk program BPJS yang masih naik dan peningkatan konsumsi rumah sakit swasta menjadi harapan pertumbuhan tersebut.
Terkait dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, Vidjongtius mengatakan perusahaan farmasi harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan margin. Apalagi, produsen farmasi harus bersaing ketat supaya bisa masuk ke e-katalog dalam memasok obat untuk program pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper