BKPM Ingin Startup Gagal Lebih Mudah

Demis Rizky Gosta
Rabu, 9 Mei 2018 | 17:01 WIB
Pendiri idEA Daniel Tumiwa (dari kiri), Nadiem Makarim dari Go-Jek, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Kepala BKPM Thomas Lembong, William Tanuwijaya dari Tokopedia, dan Ferry Unardi dari Traveloka dalam jumpa pers Nexticorn International Summit di Bali, Rabu (9/5/2018)/Demis Rizky Gosta
Pendiri idEA Daniel Tumiwa (dari kiri), Nadiem Makarim dari Go-Jek, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Kepala BKPM Thomas Lembong, William Tanuwijaya dari Tokopedia, dan Ferry Unardi dari Traveloka dalam jumpa pers Nexticorn International Summit di Bali, Rabu (9/5/2018)/Demis Rizky Gosta
Bagikan

Bisnis.com, BADUNG — Dukungan kebijakan pemerintah tidak hanya diberikan untuk startup yang sukses. Pemerintah juga berupaya menciptakan iklim usaha yang membuat pendiri startup bisa gagal dengan lebih nyaman.

Kepala BKPM Thomas Lembong menyatakan kebijakan yang paling tepat untuk mendukung perkembangan industri teknologi adalah kebijakan regulasi yang longgar (light touch) dan perlindungan atas inovasi melalui rezim safe harbour.

Pemerintah Indonesia, jelasnya, berupaya memberikan ruang yang sebesar mungkin bagi perusahaan teknologi untuk berinovasi dengan cara menekan jumlah regulasi.

“Saya dan Pak [Menteri Komunikasi dan Informatika] Rudiantara berusaha untuk melindungi kalian [startup] dari regulasi. Namun, terus saja ada celah antara keinganan dengan kenyataan,” kata Thomas dalam acara Nexticorn The Next Indonesia Unicorn (Nexticorn) International Summit di Bali Nusa Dua Convention Center, Rabu (9/5).

Selain mencegah terlalu banyak regulasi, dia mengatakan pemerintah juga ingin mengurangi aturan terkait pendirian perusahaan agar semakin banyak perusahaan teknologi lahir. Kemudahan tidak hanya diberikan dalam proses pembentukan PT, tetapi juga dalam proses penutupan PT.

“Ini adalah safe-harbour. Inovasi muncul dari eksperimen. Eksperimen berarti kegagalan. Munafik jika kita bilan pro-inovasi tetapi tidak pro-kegagalan,” katanya.

Dia menjelaskan bisnis rintisan sangat rentan dengan kegagalan. Tingkat kegagalan perusahaan rintisan dalam bidang teknologi biasanya berkisar antara 90%—98%.

Regulasi yang berlaku saat ini, lanjutnya, menyulitkan perusahaan-perusahaan yang gagal karena penutupan PT membutuhkan waktu 5—9 tahun. Dalam periode tersebut, pemilik PT masih harus melakukan proses audit dan tetap harus menyerahkan SPT ke otoritas pajak. “Ini salah, ini yang harus direformasi,” kata Thomas.

Sejumlah investor di sektor ekonomi digital internasional dan nasional akan berbagi pengetahuan dan pengalaman menanamkan modal dalam sektor ekonomi digital di Indonesia dalam Nexticorn International Summit di Bali. 

Salah satunya Managing Director of Sequoia Capital India Sheilendra Singh. Sequoia Capital telah menanamkan modal ke dua unicorn Indonesia yaitu Tokopedia dan Traveloka. 

Hadir juga Tencent, Fosun International, Appworks serta investor domestik seperti East Ventures, Alpha JWC, Convergence, Kejora, dan Venturra.

Empat pendiri unicorn lokal juga hadir yaitu Nadiem Makarim dari Go-Jek, William Tanuwijaya dari Tokopedia, Ferry Unardi dari Traveloka, dan Achmad Zaky dari Bukalapak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper