Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GPMT: Kenaikan Harga Pakan Ikan Diserahkan ke Pabrikan

Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) menyatakan keputusan penaikan harga pakan ikan diserahkan kepada setiap perusahaan menyusul penguatan dolar Amerika Serikat dan harga bungkil kedelai.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) menyatakan keputusan penaikan harga pakan ikan diserahkan kepada setiap perusahaan menyusul penguatan dolar Amerika Serikat dan harga bungkil kedelai.

Ketua GPMT Denny D. Indradjaja mengatakan pabrikan bisa saja tidak menaikkan harga jual jika mampu mengombinasikan bungkil kedelai dengan bahan baku alternatif lain, misalnya tepung daging-tulang (meat bone meal/MBM) atau tepung gandum (wheat flour).

Kalaupun harus disesuaikan karena formulasi tak mampu mengejar pelemahan rupiah terhadap dolar AS, kenaikan harga jual pakan ikan diperkirakan tak tajam.

"Pabrikan pasti berhitung. Kalaupun terjadi [kenaikan harga jual], kami memperhitungkan daya beli pembudi daya, terutama pembudi daya ikan air tawar, seperti patin, lele," kata Denny, Senin (23/4/2018).

Jika melihat perkembangan nilai tukar rupiah terhadap greenback, produsen kemungkinan menaikkan harga jual 2-3 bulan lagi. Pasalnya, stok bahan baku yang ada saat ini dibeli 2-3 bulaan lalu, saat kurs rupiah masih di kisaran Rp13.500 per dolar AS. Meskipun demikian, GPMT tidak dapat memperkirakan kapan tepatnya produsen mulai menaikkan harga.

"Kami serahkan kepada masing-masing pabrik," kata Denny.

Sebelumnya, PT Cheil Jedang (CJ) Feed Indonesia berencana menaikkan harga jual pakan ikan bulan depan menyusul kenaikan biaya produksi akibat tren penguatan dolar AS dan lompatan harga bahan baku.

Tren penguatan kurs dolar AS terhadap mata uang Asia terjadi sejak awal tahun seiring dengan peningkatan peluang kenaikan suku bunga the Fed. Mengutip Bloomberg, sepanjang tahun berjalan (year to date) rupiah melemah 2,6% ke posisi Rp13.893 per dolar AS.

Sementara itu, harga kedelai sejak awal tahun hingga pertengahan April naik 10,7% menjadi US$1.064,8 sen per bushel di Chicago Board of Trade (CBOT), terpengaruh oleh penurunan stok global akibat kekeringan di Argentina, produsen kedelai terbesar ketiga di dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper