Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kredit Bermasalah Properti Komersial Lebih Tinggi dari Rumah Subsidi

Rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) Bank BTN di sektor properti lebih banyak didominasi oleh properti komersial dibandingkan dengan properti subsidi.

Bisnis.com, JAKARTA—Rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) Bank BTN di sektor properti lebih banyak didominasi oleh properti komersial dibandingkan dengan properti subsidi.

Direktur Collection dan Asset Management PT Bank BTN Tbk, Nixon LP Napitupulu menjelaskan tingginya kredit bermasalah properti komersial dua kali lebih besar dari non subsidi kendati pertumbuhan bisnis KPR subsidi jauh lebih tinggi.

“Artinya daya beli di non subsidi itu menurun di BTN tapi daya bayarnya malah melemah,” katanya Selasa (17/4/2018).

Nixon melanjutkan untuk kredit konstruksi, NPL tertinggi ada pada bangunan jangkung (high rise) dibandingkan dengan rumah tapak. Hal itu terindikasi dari penjualan proyek apartemen beberapa tahun belakangan yang tak begitu baik, sehingga NPL merambah naik.

Saat ini NPL bank BTN untuk properti komersial dan subsidi berada pada level 2,77%. Jumlahnya setara dengan Rp3,5 triliun. Dari jumlah itu 2,8 triliun berasal dari properti lelang dengan potensi 45.000 unit rumah siap dilelang.

BTN sebagai bank yang memiliki bisnis inti di bidang perumahan memang memiliki segemn yang kuat dalam agunan perumahan. Sehingga untuk meminimalisiir NPL di sektor properti, perusahaan memperkuat penjualan rumah eks NPL.

Namun, kata dia, selama ini konsumen lazimnya hanya membeli rumah baru atau rumah sekon dan bukannya rumah lelang. Sehingga perusahaan mencoba mengedukasi masyarakat dengan membeli rumah lelang yang harganya jauh lebih rendah dari harga pasar.

Menurutnya, masyarakat masih enggan membeli rumah lelang lantaran legalitas yang selama ini tidak jelas, atau belum pecah sertifikatnya. Selain itu rumah ini juga bentuknya tidak secantik rumah baru. Mungkin saja atap ataupun pintunya sudah rusak. Namun hal itu bisa dilakukan renovasi.

Apalagi meskipun properti sedang dalam masa yang kurang baik, namun selanjutnya pasti selalu mengalami siklus puncak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper