Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lembaga Pendidikan Harus Mampu Menyesuaikan Diri di Era Digital

Menteri Tenaga Kerja menyatakan lembaga pendidikan harus tampil adaptif dalam menghadapi perkembangan teknologi.
Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri menjadi keynote speaker dalam diskusi publik Forum Kebijakan Ketenagakerjaan (FKK) bertajuk The Future of Jobs and Jobs of The Future di Jakarta, Rabu (11/4/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri menjadi keynote speaker dalam diskusi publik Forum Kebijakan Ketenagakerjaan (FKK) bertajuk The Future of Jobs and Jobs of The Future di Jakarta, Rabu (11/4/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA -- Menteri Tenaga Kerja menyatakan lembaga pendidikan harus tampil adaptif dalam menghadapi perkembangan teknologi.

Pasalnya, pesatnya perkembangan teknologi dan informasi turut berpengaruh terhadap perkembangan dunia industri.

"Industri kita sudah berubah. Mau gak mau pendidikan kita juga harus berubah agar bisa tetap bertahan dan berkembang di era digital," kata Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M. Hanif Dhakiri, dalam keterangan resminya, Sabtu (14/4/2018).

Menurutnya, perubahan industri akan menyebabkan kebutuhan jenis-jenis pekerjaan pun berubah. Dengan adanya perubahan jenis pekerjaan tersebut, maka keterampilan yang dibutuhkan juga berubah.

"Kalau industri berubah, pekerjaannya berubah, keterampilannya juga berubah, tapi pendidikannya tidak berubah, maka akan ketinggalan," jelasnya.

Secara umum, Hanif menjelaskan  lembaga pendidikan harus memperhatikan 5K untuk menyiapkan output yang kompetitif di tengah perubahan industri tersebut.

Pertama,  karakter. Sumber daya manusia (SDM) yang kompetitif tidak hanya ditentukan dengan penguasaan skill semata. Namun lebih dari itu, dia menekankan  karakterlah fondasi utama bagi SDM Indonesia agar mampu bersaing dengan SDM negara-negara lain.

"Namun, landasan utamanya tetap karakter. Adapun keterampilan dan sebagainya itu bisa diintervensikan," tambahnya.

Kedua,  keterampilan. Lembaga pendidikan harus menyesuaikan antara supply and demand, yakni pendidikan yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dunia inustri.

"Agar bisa terserap pasar kerja atau berwirausaha," lanjutnya.

Ketiga,  kolaborasi. Hanif menilai  daya saing bukan hanya persoalan persaingan satu sama lain. Namun,  juga bisa berkolaborasi atau bekerja sama membangun jejaring dengan berbagai pihak.

Keempat, kontribusi atau produktivitas. "Jadi generasi masa depan ini harus dipersiapkan menjadi generasi produktif," ujarnya.

Kelima,  kreativitas atau inovasi. Untuk mengimbangi pesatnya perkembangan teknologi dan informasi, dia menilai lembaga pendidikan harus bisa mendorong siswanya menjadi kreatif dan inovatif.

Dengan sikap kreatif dan inovatif tersebut, Hanif menilai setiap orang akan tetap eksis di tengah berbagai perubahan yang ada. "Karena, saat ini tenaga kerja tidak bisa hanya berbekal tenaga dan kemudian bekerja saja. Sekarang tenaga kerja itu harus berbasis pengetahuan, berbasis inovasi," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper