Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah merebaknya skandal data Cambridge Analytica, salah satu pendiri WhatsApp, Brian Acton, mengajak followers-nya untuk menghapus akun Facebook mereka.
“Sudah waktunya,” cuit Acton dalam akun platform media sosial Twitter, seraya menambahkan hashtag #deletefacebook, seperti dikutip CNBC, Rabu (21/3/2018).
Pria berusia 46 tahun ini diketahui memiliki 21.000 followers Twitter. Pada 2014, Facebook mengakuisisi WhatsApp senilai US$19 miliar. Aksi akuisi ini menjadikan para pendiri layanan pesan ini, Jan Koum dan Brian Acton, sangat kaya.
Baca Juga Facebook Caplok Confirm |
---|
Acton tetap ikut memimpin perusahaan selama beberapa tahun sebelum berhenti untuk memulai yayasannya sendiri, Signal Foundation, awal tahun ini. Adapun Koum, masih memimpin perusahaan dan ambil bagian dalam dewan direksi Facebook.
Dilansir The Verge, tidak jelas apakah langkah Acton terhadap Facebook ada hubungannya dengan aplikasinya sendiri. Bulan lalu, Acton menginvestasikan US$50 juta ke Signal, sebuah alternatif independen untuk WhatsApp.
It is time. #deletefacebook
— Brian Acton (@brianacton) March 20, 2018
Twit itu muncul setelah Facebook tersandung isu kebocaran data pengguna dalam beberapa waktu terakhir yang menyebabkan pihak regulator melakukan pemeriksaan dan saham Facebook terkulai.
Baca Juga Facebook, Twitter & Google Ungkap Trump |
---|
Facebook mendapat kecaman pekan ini menyusul laporan bahwa perusahaan analisis data politik Cambridge Analytica mengakses data lebih dari 50 juta pengguna jaringan media sosial tanpa seizin mereka.
Facebook menyadari kebocoran data itu pada tahun 2015, tetapi publik baru mengetahuinya setelah laporan New York Times dan Observer akhir pekan lalu.
Sebagian kegiatan Cambridge Analytica didanai oleh Robert Mercer, yang mendonasikan uangnya untuk kampanye pemilihan Presiden Trump. Perusahaan ini membantu kampanye Trump menargetkan iklan politik di Facebook.
Baca Juga Ancaman Keamanan Siber Indonesia Tinggi |
---|
Namun perusahaan tersebut mengatakan mereka tidak menggunakan data yang didapat dalam insiden ini untuk kampanye tersebut.
Sementara itu, CEO Facebook Mark Zuckerberg dan COO Sheryl Sandberg masih belum memberikan respons sepanjang skandal tersebut. Ini mengundang lebih banyak kritik dari analis dan investor, serta memicu kritik yang memperdebatkan lebih banyak peraturan perusahaan berteknologi tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel