Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertamina: Premium Rugi Rp1.000 per Liter, Solar Rugi Rp1.800 per Liter

Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) Arief Budiman mengatakan bahwa keputusan pemerintah yang tidak menaikkan harga Premium dan solar hingga 2019 membuat Pertamina harus menanggung selisih harga yang cukup besar.
Kendaraan antre untuk mengisi BBM di tempat peristirahatan KM 207 jalan tol Palimanan-Kanci, Jawa Barat, Jumat (23/6)./JIBI-Dwi Prasetya
Kendaraan antre untuk mengisi BBM di tempat peristirahatan KM 207 jalan tol Palimanan-Kanci, Jawa Barat, Jumat (23/6)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) Arief Budiman mengatakan bahwa keputusan pemerintah yang tidak menaikkan harga Premium dan solar hingga 2019 membuat Pertamina harus menanggung selisih harga yang cukup besar.

Dengan harga Indonesia Crude Price (ICP) berada di kisaran US$60, maka selisih yang ditanggung Pertamina untuk jenis Premium sekitar Rp800-Rp1.000 per liter. Sedangkan untuk jenis Solar selisih yang ditanggung mencapai Rp1.500-Rp1.800 per liter.

Saat ini, harga Premium Rp6.450 per liter, sedangkan solar Rp5.150 per liter.

Dia berujar kendati Pertamina akan mendapat tambahan subsidi solar sebesar Rp500 per liter dari pemerintah, jumlah tersebut belum mampu menutup beban dari selisih harga dari Premium dan Solar. Untuk Solar saja pihaknya masih harus menanggung selisih sebesar Rp1.000

"Oh masih. Jadi kan untuk harga sekarang itu ditetapkan 2016, rata-rata ICP-nya kan US $40 per barel. Sekarang sudah di sekitar US $60 lah memang ada sebagian yang harus kita tanggung," ujar Arief di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (14/3/2018).

Namun demikian, dia berujar adanya tambahan subsidi pemerintah akan membantu meringankan beban pertamina sekitar 7,8 triliun.

Direktur Pemasaran Pertamina, M.Iskandar tidak naiknya harga Premium menyebabkan selisih harga antara Premium dan Pertalite menjadi semakin besar. Hal tersebut berpotensi mendorong masyarakat akan kembali beralih menggunakan Premium yang jauh lebih murah.

"Gap-nya makin jauh ini menjadi masyarakat kita ini menjadi kepancing lagi shifting lagi balik lagi ke produk yang murah," kata Iskandar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper