Bisnis.com, JAKARTA- Wakil Ketua Umum Kadin bidang Hubungan Internasional Shinta W Kamdani mengemukakan sejumlah kesepakatan yang ingin dicapai Indonesia dalam perjanjian perdagangan dengan Australia, seperti segi trade in good dan akses pasar.
Di sisi lain RI juga mengharapkan adanya investasi Negeri Kanguru ke sejumlah sektor.
“Investasi ke sektor tertentu, terutama sektor pariwisata, ekonomi digital dan infrastruktur,” katanya kepada Bisnis, Minggu (11/3/2018).
Di samping itu, dalam perundingan tersebut juga terdapat pembahasan economic corporation. Menurut Shinta, IA CEPA juga akan membuat banyak kerja sama yang diharapkan, misalnya dari segi early outcome di sektor makanan dan minuman. Indonesia dapat membuat food innovation center dan mendapatkan vocation of training dari Australia.
Data Kementerian Perdagangan mencatat ekspor non migas ke negara itu terus mengalami penurunan. Pada 2014, total ekspor non migas ke Australia mencapai US$3,696 miliar. Setelahnya turun US$2,994 miliar pada 2015 dan kembali terjun ke US$2,670 miliar pada tahun berikutnya secara year on year (yoy).
Ekspor RI paling anjlok selama lima tahun terakhir yakni US$1,943 miliar pada 2017 atau turun 27% secara yoy. Meski begitu, Australia masih menduduki peringkat 12 ekspor non migas Indonesia dengan kontribusi 1% dari total keseluruhhan ekspor.
Data ekspor tersebut berbanding terbalik dengan impor dari Australia. Sejak enam tahun terakhir total impor nonmigas berada pada angka yang jauh dari ekspor. Misalnya pada 2012, impor Indonesia dari Australia mencapai US$5,078 miliar. kemudian pada 2013 turun US$4,829 miliar sebelum kemudian kembali naik US$5,490 miliar pada 2014.
Impor nonmigas mengalami stagnansi pada 2015 dan 2016 masing-masing US$4,672 miliar dan US$4,529 miliar. Namun pada 2017 kembali meningkat US$5,044 miliar atau meningkat 11% secara yoy.
Sementara Ketua Umum Kadin Rosan P Roeslani mengatakan salah satu yang ingin didapatkan dari kesepatan itu Indonesia dan Australia, ialah pengembangan sumber daya manusia dan pertumbuhan ekspor. Namun IA CEPA menurutnya tidak dapat diselesaikan dalam waktu cepat. Pasalnya dalam waktu bersamaan, Indonesia juga sedang berupaya menyelesaikan Indonesia European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).
“Karena dua-duanya ini beriringan, jadi kalau menurut saya IA CEPA [selesai] akhir tahun ini, IEU CEPA tahun depan. Being realistic kalau menurut saya,” ujarnya.