Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenperin Berharap pada Industri Pulp Larut dan Rayon untuk Gantikan Impor

Kehadiran industri pulp larut dan industri di Riau diharapkan dapat mensubstitusi kebutuhan impor di sektor tekstil
Ilustrasi kegiatan di pabrik tekstil./Reuters
Ilustrasi kegiatan di pabrik tekstil./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA--Kehadiran industri pulp larut dan industri di Riau diharapkan dapat mensubstitusi kebutuhan impor di sektor tekstil

Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian Edy Sutopo mengatakan saat ini kebutuhan pulp larut atau dissolving pulp mencapai 400.000 ton hingga 500.000 ton per tahun dipenuhi seluruhnya dari impor. 

"Dengan demikian apabila proyek dissolving pulp dan rayon di Riau oleh PT. Asia Pulp Rayon dengan kapasitas 350.000 ton per tahun tersebut beroperasi, maka akan terjadi penghematan devisa dan memperkuat struktur industri tekstil dan produk tekstil nasional," kata Edy, Senin (26/2/2018). 

Dissolving pulp atau dikenal dengan pulp larut adalah semacam bubur pulp serat panjang yang menjadi salah satu bahan baku  tekstil. Berbeda dengan pulp biasa yang diambil dari tanaman akasia, pulp larut diambil dari tanaman eucalyptus. Adapun rayon dikenal sebagai sutra buatan karena dibentuk dari pemrosesan serat dari alam. Kain jenis ini biasanya terlihat berkilau dan tidak mudah kusut. 

Kementerian Perindustrian mencatat pulp dan kertas menjadi lima besar penopang ekspor. Pada 2017, besaran kontribusi industri pengolahan bagi ekspor yakni industri kelapa sawit sebesar Rp287,24 triliun, industri logam Rp141,16 triliun, industri makanan Rp134,93 triliun, industri alat transportasi Rp116,63 triliun, industri elektronika Rp105,94 triliun, industri pakaian jadi Rp90,31 triliun, industri pulp dan kertas Rp84 triliun, serta industri logam Rp59,9 triliun.

Sementara itu produsen kertas PT Aspex Kumbong menargetkan memulai membangun pabrik tissue baru tahun ini dan berproduksi pada 2019. General Manager Aspex Kumbong Yoonyong Lee mengatakan pemilihan bisnis tissue karena tingginya permintaan pasar. Selain itu ekspansi usaha guna melebarkan bisnis perusahaan yang saat ini fokus dalam pembuatan kertas berbahan baku daur ulang.

"Kami siapkan US$9 juta untuk investasi" katanya. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anggara Pernando
Editor : Ratna Ariyanti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper