Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

UMKM Didorong Siap Hadapi Pasar Digital

Pemerintah terus berupaya mendorong pelaku usaha kreatif termasuk UMKM siap menghadapi tantangan pasar digital.
Kain tenun dari Nusa Tenggara Timur, salah satu produk kreatif andalan NTT./Antara-Kornelis Kaha
Kain tenun dari Nusa Tenggara Timur, salah satu produk kreatif andalan NTT./Antara-Kornelis Kaha

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah terus berupaya mendorong pelaku usaha kreatif termasuk UMKM siap menghadapi tantangan pasar digital.

Hari Santosa Sungkari, Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), mengatakan Bekraf mendorong pelaku ekonomi kreatif termasuk UMKM untuk go digital.

“Untuk menjual di digital itu banyak requirement yang dipenuhi, promosi foto bagus, packaging bagus, desain sesuai target market, itu yang kami kerjakan sekarang,” katanya.

Dia mengatakan dalam Roadmap e-commerce terdapat tujuh pilar dimana yang ditangani Bekraf adalah inkubator bisnis untuk pelaku digital dan pelaku UMKM atau ekonomi kreatif.

“Jadi mereka harus disiapkan untuk bisa menjadi pengusaha yang siap go digital,” katanya.

Dia menambahkan Bekraf tengah membangun inkubator bisnisnya, namun saat ini masih banyak yang harus dikerjakan. Dia mengatakan mungkin baru hanya sekitar 5% saja saat ini pembangunan inkubator bisnis ini. “Kami tengah mencari dan mulai menemukan caranya bagaimana.”

Hari mengatakan sebelum pelaku UMKM dapat modal, perlu dibuka akses pasar lewat digital. Melalui program inkubator bisnis, diharapkan mengangkat pelaku usaha kreatif termasuk UMKM siap menjual secara digital.

Program ini, rencananya dimulai program dari daerah desa dan kabupaten yang memiliki potensi. Bekraf, katanya, akan membenahi usaha kreatif seperti kriya, fesyen, kerajinan kain, dan kuliner.

Diawali program Penilaian Mandiri Kabupaten Kota Kreatif, kini sudah terdapat simpul Aceh, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, dan Nusa Tenggara.

Simpul-simpul daerah ini memilih subsektor ekonomi kreatif, ada yang memilih fesyen, kuliner, dan lainnya bergantung potensi yang dimiliki masyarakat di daerah tersebut. “Dari potensi itu kita hubungkan pasarnya, kasih tahu demand-nya, sehingga yang dibuat fit ke market.”

Dia mengatakan sejauh ini program yang sudah berjalan baik, mayoritas berada di Pulau Jawa, seperti di Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Yang sudah bagus di daerah Jawa, Bali sebagian besar, Aceh sedang kami garap.”

Hari menambahkan daerah luar Jawa masih memiliki tantangan dari infrastruktur Internet untuk koneksi cepat 4G serta memerlukan perbaikan dari kreasi dan produksi.

Dia menambahkan Bekraf juga terus membangun sinergi dengan kementerian terkait serta komunitas di daerah.

“Tidak cukup dengan pelatihan harus ada pendampingan, minimal tiga bulan dari pengalaman kami beberapa tahun ini, sampai mereka bisa hasilkan produk yang baik,” katanya.

Adapun pendampingan dilakukan misalnya dengan mendatangkan desainer untuk memberikan wawasan.

Selain itu, produk yang dihasilkan juga harus memiliki keunikan dan menyasar segmen market yang tepat.

“Kita harus masuk ke area yang negara lain tidak bisa lakukan, bawa culture Indonesia tapi dibungkus kekinian, itu yang bisa laku. Kalau kita tidak memahami diferensisasi, akan terlibas, kita harus cari market yang niche,” jelasnya.

Dia berpesan pelaku usaha menjadi pekerjaan yang full time, sehingga perlu produksi yang berkelanjutan.

“Untuk jadi pengusaha itu komitmen seumur hidup, tidak boleh setengah-setengah, karena bisnis tentang ketekunan, nomor satu kejujuran,” kata Hari.

Sementara itu, Sekretaris Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM, Rosdiana Veronica Sipayung, mengatakan UMKM di Asean juga menghadapi tantangan di era digitali ini.

Pada 2016 terdapat 260 juta pengguna internet di Asean.  Diperkirakan terdapat 4 juta pengguna Internet baru tiap bulannya, sehingga pada 2020 mencapai 480 juta pengguna Internet.

Rosdiana mengemukakan UMKM yang menjadi tulang punggung perekonomian ini berkontribusi pada produk domestik bruto (PDB) dan penyerapan tenaga kerja serta pembangunan negara, sehingga harus siap menghadapi era digital.

“Tantangan UMKM dalam era transformasi digital ekonomi adalah rendahnya kemampuan sumber daya manusia menghadapi metode perdagangan dari cara berbisnis secara konvensional menjadi online bisnis,” katanya.

Menurutnya, pemerintah harus menciptkan lingkungan yang mendukung UMKM berkembang melalui digitalisasi.

Kemudian, mengajak private sector untuk menyiapkan teknologi digital yang aman dan mudah digunakan bagi UMKM.

Untuk itu, katanya, perlu peranan dari berbagai pihak termasuk kolaborasi antara pemerintah dan private sector untuk meningkatkan kemampuan digital bagi UMKM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Agne Yasa

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper