Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kementan Diminta Evaluasi Pemanfaatan Anggaran

Kementerian Pertanian diminta untuk melakukan evaluasi atas pemanfatan anggaran terhadap program-program yang telah dijalankan karena realisasi dari kebijakan tersebut belum sepenuhnya optimal.
Ilustrasi Panen Padi/Jibi
Ilustrasi Panen Padi/Jibi

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian diminta untuk melakukan evaluasi atas pemanfatan anggaran terhadap program-program yang telah dijalankan karena realisasi dari kebijakan tersebut belum sepenuhnya optimal.

Anggota DPR Ichsan Firdaus dalam pernyataan di Jakarta, menyebutkan salah satu program yang masih mendapatkan hambatan dalam pelaksanaannya adalah kebijakan cetak sawah.

"Seringkali, kita mendengar cetak sawah itu tidak ada irigasinya. Semestinya irigasi itu bukan hanya kewenangan Kementan, ada juga di Pekerjaan Umum. Saya mendesak Kementan segera berkoordinasi," ujarnya.

Politisi Partai Golkar ini menambahkan bahwa kebijakan lainnya yang belum sepenuhnya berjalan dengan baik adalah program intensifikasi, seperti pengadaan pupuk ataupun benih serta peningkatan kesejahteraan petani.

Ichsan juga menyayangkan adanya persoalan data pasokan beras yang tidak akurat sehingga membuat pemerintah harus melakukan impor beras, setelah sebelumnya stok diklaim dalam keadaan surplus.

"Kalau memang produksi beras kita surplus, semestinya tidak impor dan harga beras tidak naik," kata anggota Komisi IV ini.

Dalam kesempatan terpisah, Sekjen Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Yeni Sucipto menuturkan evaluasi komprehensif terhadap anggaran dan hasil kinerja Kementerian Pertanian perlu dilakukan guna menghindari terjadinya pemborosan anggaran.

Salah satu evaluasi tersebut harus dilakukan kepada program cetak sawah yang anggarannya meningkat setiap tahun, di APBN 2017 tercatat sebesar Rp4,1 triliun tetapi sawah yang dihasilkan baru 160.000 hektare.

Bandingkan pencapaian tersebut dengan target dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 sebesar satu juta hektare di luar pulau Jawa.

Menurut Yeni, tidak tercapainya target dalam RPJMN harus menjadi bahan evaluasi bagi Presiden untuk melakukan pembenahan agar realisasi kebijakan tidak terlalu meleset dari target.

"Ini sudah mau masuk tahun keempat pemerintahan, nyatanya target sesuai RPJMN yang tidak tercapai 50 persen," ujarnya.

Yeni melihat kondisi ini berpotensi menciptakan pemborosan anggaran, apalagi alat evaluasi yang selama ini digunakan tidak akurat, akibat ketersediaan data yang tidak sesuai.

"Padahal, data itu implikasinya kepada persoalan alokasi anggaran dan target," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper