Bisnis.com, JAKARTA - Sepanjang 2017, PT Vale Indonesia mencetak produksi nikel dalam matte sebanyak 76.807 ton atau turun 1% dari realisasi produksi pada 2016 sebanyak 77.581 ton.
Secara kuartalan pun terjadi penurunan di kuartal IV/2017 dibandingan dengan kuartal II/2017 maupun periode yang sama tahun lalu. Pada triwulan terakhir tersebut, realisasi produksi Vale sebanyak 19.313 ton nikel dalam matte.
Sementara itu, produksi pada kuartal III/2017 dan periode yang sama tahun lalu masing-masing sebanyak 20.163 ton dan 19.581 ton nikel dalam matte.
"Produksi di triwulan keempat tahun ini sekitar 4% lebih rendah dibandingkan produksi di triwulan tiga 2017 yang disebabkan oleh adanya aktivitas pemeliharaan yang telah direncanakan," tutur CEO dan Presiden direktur Vale Indonesia Niko Kanter melalui keterangan resmi, Selasa (20/2/2018).
Dia menyatakan secara keseluruhan terjadi penurunan kadar bijih yang ditambang sepanjang 2017. Alhasil, produksi sedikit mengalami penurunan.
"Produksi untuk tahun 2017 sekitar 1% lebih rendah dari produksi untuk tahun 2016. Meskipun produksi lebih rendah, calcine throughput 2017 kami sebenarnya lebih tinggi 3% dari tahun 2016. Namun, kami mendapatkan grade yang lebih rendah sehingga menurunkan produksi," katanya.
Baca Juga
Sebelumnya, Wakil Presiden Direktur Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengatakan kinerja operasional Vale sangat dipengaruhi harga nikel. Sementara itu, harga komoditas tambang terus berfluktuatif.
Selain itu, sebagai salah satu tambang yang telah beroperasi cukup lama, tantangan dalam menemukan bijih berkadar tinggi semakin sulit. Jika ada, maka lokasinya cukup jauh.
"Akhirnya biaya produksi akan naik karena semakin rendah kadarnya, maka ore yang diproduksi harus semakin banyak. Akhirnya cost jadi lebih banyak juga," ujarnya.