Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DBS: Konsumsi Masyarakat Pulih, Ekonomi Indonesia 2018 Bakal Tumbuh 5,3%

DBS Group Research memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,3% pada tahun 2018 ini, salah satunya didukung konsumsi rumah tangga yang diperkirakan akan kembali pulih.
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia/Antara
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia/Antara

Bisnis.com, JAKARTA – DBS Group Research memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,3% pada tahun 2018 ini, salah satunya didukung konsumsi rumah tangga yang diperkirakan akan kembali pulih.

Sejumlah indikator menunjukkan adanya peningkatan optimisme konsumen yang terlihat dari kenaikan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) Desember 2017 ke 126,4 poin. Ini didukung oleh adanya perbaikan makro ekonomi serta kebijakan pemerintah memberikan stimulus kepada masyarakat.

Konsumsi rumah tangga merupakan faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pada 2017. Pada kuartal III, pertumbuhan PDB sebesar 5,06% lebih rendah dari target Bank Indonesia sebesar 5,18%. Rendahnya pertumbuhan tercermin dari tingkat konsumsi rumah tangga yang turun menjadi 4,93%, dibandingkan 4,95% pada kuartal II-2017. Apalagi kenaikan tarif listrik pada Januari dan Mei 2017 turut mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat.

Namun kondisi ini diperkirakan membaik pada 2018. DBS Group Research memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,3% pada 2018. Angka ini lebih tinggi dari prediksi pertumbuhan PDB sebesar 5,1% pada 2017. “Pertumbuhan ekonomi 2018 terutama akan didorong oleh peningkatan investasi di dalam negeri,” ungkap Tiesha Putri dan Victor Stefano dalam laporan bertajuk “ASEAN Consumer: Food for Thought” yang diterima Bisnis.com, Senin (15/1/2018).

Laporan tersebut juga menjelaskan investasi swasta diandalkan dengan terbatasnya ruang fiskal pemerintah. Undang-undang mengatur pembatasan defisit anggaran maksimal 3% dari PDB. Diperkirakan defisit akan mencapai 2,6% pada 2018, lebih tinggi dari perkiraan pemerintah sebesar 2,2%. DBS Group Research memperkirakan kenaikan defisit terutama didorong oleh potensi penerimaan pajak yang lebih rendah dari target.

Pada 2018, pemerintah mengalokasikan anggaran belanja sebesar Rp 2.221 triliun. Meski hanya meningkat sekitar 4% dari tahun sebelumnya, tapi pemerintah diperkirakan cenderung lebih populis dengan memberikan sejumlah stimulus fiskal untuk menjaga konsumsi kepada masyarakat berpenghasilan rendah. Anggaran subsidi energi dinaikkan sebesar 5% menjadi Rp94,5 triliun, pemerintah juga menyatakan tidak akan menaikkan tarif listrik pada tahun ini.

Selain itu, anggaran Program Keluarga Harapan (PKH) yang bisa digunakan warga untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari juga melonjak. Dari Rp1,7 triliun yang mencakup 6 juta keluarga sasaran pada 2017, menjadi Rp20,8 triliun meliputi 10 juta keluarga pada 2018.

PKH merupakan program yang memberikan bantuan dana kepada keluarga miskin mulai dari Rp500.000 hingga Rp3,6 juta per tahun. Program ini selain untuk mengurangi angka kemiskinan juga diharapkan mampu memperbaiki daya beli konsumen, terutama di segmen menengah ke bawah.

“Dengan pemerintah yang cenderung lebih populis disertai kenaikan upah minimum regional, kami memprediksikan tingkat konsumsi rumah tangga secara berkala akan meningkat,” papar Tiesha dan Viktor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Fajar Sidik
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper