Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bergabung di Pasar Digital, UKM Indonesia Bisa Tembus Pasar China

Selama 5 tahun ke depan, China diperkirakan membutuhkan produk impor bernilai total US$8 triliun . Hal ini didorong pertumbuhan kelas menengah dari 300 juta menjadi 600 juta pada 2021.
Vice President Alibaba Group Brian Wong/Bisnis - Agne Yasa
Vice President Alibaba Group Brian Wong/Bisnis - Agne Yasa

Bisnis.com, JAKARTA — Alibaba Group mendorong peningkatan kapasitas talenta industri dagang-el di Indonesia agar bisa bergabung dengan ekosistem ekonomi digital dunia, termasuk memenuhi kebutuhan pasar China.

Vice President Alibaba Group Brian Wong mengatakan Indonesia memiliki kondisi yang menarik dan memiliki kemiripan dengan ekosistem China beberapa tahun lalu. Alibaba hadir untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar perkembangan ekosistem digital di Indonesia dapat lebih cepat.

“Pendekatannya bukan membuat Alibaba baru tetapi bagaimana Alibaba berbagi pengalaman dan pelaku bisa memilih sendiri dan sukses,” katanya, Selasa (5/12).

Dia mengungkapkan terdapat potensi untuk produk Indonesia di pasar China. Selama 5 tahun ke depan, China diperkirakan membutuhkan produk impor bernilai total US$8 triliun . Hal ini didorong pertumbuhan kelas menengah dari 300 juta menjadi 600 juta pada 2021.

“Jadi ketika ada kebutuhan produk dari Indonesia dan ekosistemnya sudah terintegrasi maka tidak akan sulit lagi,” katanya.  

Untuk membuat ekosistem digital yang baik, pihaknya menekankan pentingnya kemitraan. Di Indonesia, Alibaba Group telah menjalin kemitraan dengan para pelaku bisnis digital termasuk dagang-el seperti Tokopedia, Lazada, dan Emtek.

“Alibaba fokus bangun ekosistem, membangun platform, bekerja sama dengan mitra lokal, ketika ada ekositem, bisa integrasi. Idenya membuat ekosistem di setiap negara dan menghubungkannya,” jelasnya.  

Menurutnya dengan teknologi menghadirkan ekonomi baru yang dapat memberikan peluang bagi setiap orang yang memanfaatkannya. Untuk itu, melalui pemberdayaan talenta UKM  lewat Alibaba Global Course di Indonesia diharapkan akan menggerakan ke ekonomi baru.

“Ini sebagai katalisator dan diharapkan pelaku bisnis akan terus bergerak, terdorong mengadopsi Internet dan masuk ekonomi baru,” katanya.

Alibaba Global Course baru pertama kali diadakan di Indonesia dan secara serentak juga dilakukan di kota-kota lain di berbagai negara, seperti Johar Bahru, Melbourne, Sydney, Munich, Jakarta, Madrid, Singapura.

“Nanti akan dikaji lagi sesuai kebutuhan dan mitra lokal juga melakukan pelatihannya masing-masing,” katanya.

Ke depannya Alibaba Group ingin bekerja sama dengan universitas dan lembaga pelatihan untuk mendidik generasi muda sehingga ketika lulus dapat turut berpartisipasi mengembangkan ekonomi baru yaitu ekonomi digital.

Rudy Salahuddin, Deputi Bidang Koordinasi ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, mengatakan ekonomi Indonesia sedang bergerak ke tahap penggabungan antara sektor perdagangan daring dan luring.

“Kita perlu lebih proaktif dan adaptif terhadap perubahan,” katanya.  

Pemerintah juga mengeluarkan Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis elektronik atau Roadmap E-commerce, membangun infrastruktur, dan membina teknopreneur.

“Kami juga menyambut baik inisiatif dari sektor swasta, seperti Alibaba Global Course karena sejalan dengan misi kami untuk meningkatkan kapasitas pelaku ekonomi digital Indonesia,” jelasnya.

 

TANTANGAN

Wong mengatakan ekosistem digital khususnya dagang-el memiliki kemiripan dengan kondisi di China beberapa lalu termasuk yaitu dari emerging market ke ekonomi digital termasuk dari segi tantangan yang dihadapi. Menurutnya, permasalahan logistik dan pembayaran akan menjadi tantangan yang perlu dicari solusinya ke depan.

Dibandingkandengan negara maju, Indonesia memiliki populasi yang belum memiliki rekening bank dan akses ke pusat perbelanjaan yang belum merata.

“Tantangan yang mirip atau familiar yang dihadapi di China, agak mirip. Tantangan payment dan logistik, ini juga eksis di china,” katanya.

Ke depan perlu ada pemberdayaan talenta, seperti generasi muda untuk aktif di industri dagang-el dan menghadirkan solusi untuk tantangan yang ada. Selain itu, dari sisi talenta UKM yang berpotensi besar juga perlu didorong untuk percaya diri memanfaatkan teknologi dan platform digital untuk mengembangkan usahanya.

“Indonesia terbesar di Asia Tenggara. Saya optimistis dengan Indonesia, dalam waktu 5-10 tahun akan lebih besar lagi. Persoalannya siapa yang akan menggunakan ini [teknologi], para pelaku usaha ini sebagai pionir perubahan,” ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Agne Yasa

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper