Bisnis.com, JAKARTA - Tingginya harga batu bara sepanjang tahun ini bukan menjadi jaminan produksi batu bara mencapai target yang diajukan oleh perusahaan.
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), produksi batu bara tahun ini dibatasi sebanyak 413 juta ton saja. Namun, pengajuan dari seluruh perusahaan mencapai 477,91 juta ton.
Meskipun begitu, belum lama ini Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono memperkirakan realisasi produksi tahun ini tidak akan mencapai target yang diajukan oleh perusahaan tersebut. Pasalnya, ada indikasi beberapa perusahaan tidak bisa mencapai target.
"Kemungkinan kurang dari 477 juta ton karena ada beberapa perusahaan yang target produksinya tidak tercapai. Alasannya bisa macam-macam," ujarnya.
Yang jelas, realisasinya kemungkinan besar masih di atas target RPJMN. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Bambang menjelaskan setiap tahunnya banyak perusahaan yang masuk pada tahap operasi produksi. Menurutnya hal tersebut tidak mungkin ditahan-tahan oleh pemerintah.
Tidak hanya itu, banyak perusahaan yang merugi kala harga batu bara berada di level rendah mencoba untuk menggenjot produksinya saat harga sedang dalam tren positif seperti sekarang ini. Alhasil, pemerintah kesulitan dalam mengendalikan volume produksi batu bara yang ditargetkan terus turun hingga 400 juta ton saja di 2019.
Bambang pun berharap produksi tidak berlebih pada tahun depan dan sesuai dengan target RPJMN sebanyak 406 juta ton.