Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Larangan Antibiotik Diyakini Tak Gerus Industri Obat Hewan

Asosiasi Obat Hewan Indonesia meyakini kebijakan larangan penggunaan antibiotik untuk pemacu pertumbuhan (antibiotic growth promotant/AGP) yang efektif mulai 1 Januari 2018 tidak akan mengganggu bisnis obat hewan.Sebaliknya, sejumlah kebijakan seperti penghentian impor jagung dan dibebaskanya impor daging justru menggerus pasar obat hewan.
Petani merontokkan jagung untuk bahan baku pakan ternak di daerah Wanaraja Kabupaten Garut, Jawa Barat./JIBI-Rachman
Petani merontokkan jagung untuk bahan baku pakan ternak di daerah Wanaraja Kabupaten Garut, Jawa Barat./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Obat Hewan Indonesia meyakini kebijakan larangan penggunaan antibiotik untuk pemacu pertumbuhan (antibiotic growth promoter/AGP) yang efektif mulai 1 Januari 2018 tidak akan mengganggu bisnis obat hewan.

Sebaliknya, sejumlah kebijakan seperti penghentian impor jagung dan dibebaskannya impor daging justru menggerus pasar obat hewan.

Sekertaris Jenderal Asosiasi Obat Hewan Indonesia Akhmad Harris Priyadi mengatakan industri sepakat mendukung larangan AGP sejalan dengan kampanye kesadaraan penggunaan antibiotik. Industri sepakat tidak menggunakan antibiotik dalam pakan.

"Kami sudah sepakat tidak menggunakan antibiotik lagi dalam pakan. Di Indonesia, pengganti AGP sudah tersedia. Dari segi bisnis tidak berubah, hanya jenis impor yang berubah," kata dia, belum lama ini.

Meski demikian, Asohi mengingatkan tidak adanya penggunaan antibiotik dalam pakan harus diikuti dengan praktek pemeliharaan yang baik dengan menjaga kesehatan dan lingkungan. Ini menjadi tugas perusahaan dan pemerintah melakukan pendampingan.

Disampaikannya, pada tahun pertama penerapan kebijakan ini akan banyak ternak unggas yang mati. Namun, ini dapat dikendalikan dengan bekerja sama mencegah masuknya penyakit ke dalam kandang.

Selain itu, Harris mengatakan industri menyoroti kebijakan pemerintah yang tidak melindungi peternak dalam negeri. Pasalnya, kata Harris, kebijakan seperti penghentian impor jagung dan dibuka lebar impor daging secara tidak langsung akan berdampak ke industri obat hewan.

Penghentian impor jagung yang tidak diikuti peningkatan produksi dalam negeri, justru menekan peternak karena harga jagung tinggi. Ini berakibat daya saing produk ternak unggas lebih rendah dari negara Asean lainnya. Sejalan dengan itu, peternak semakin tertekan karena harga di tingkat peternak sepanjang tahun ini tidak menutup biaya produksi.

"Kondisi yang terjadi pada industri peternakan akan berdampak ke industri obat hewan," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper