Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lawan Diskriminasi Sawit, Indonesia & Malaysia Bergandengan

Indonesia dan Malaysia sepakat akan bersama melawan segala bentuk tindakan diskriminatif terhadap kelapa sawit. Kedua negara bakal kompak mempromosikan citra positif minyak nabati paling produktif itu.
Perkebunan kelapa sawit/Istimewa
Perkebunan kelapa sawit/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia dan Malaysia sepakat akan bersama melawan segala bentuk tindakan diskriminatif terhadap kelapa sawit. Kedua negara bakal kompak mempromosikan citra positif minyak nabati paling produktif itu.

Kesepakatan itu tertuang dalam Pernyataan Bersama Konsultasi Tahunan ke-12 antara Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Malaysia Dato' Sri Mohd Najib Tun Abdul Razak di Kuching, Malaysia, Rabu (22/11/2017).

Dalam joint statement setebal 6 halaman itu, kedua pemimpin negara a.l. menyatakan kembali komitmen untuk terus memberi perhatian terhadap Resolusi Parlemen Eropa terhadap Minyak Sawit dan Deforestasi Hutan Hujan karena telah mendiskriminasi komoditas itu ketimbang minyak nabati lain sebagai penyumbang deforestasi.

"Tindakan diskriminatif apapun yang muncul akibat Resolusi tidak hanya akan dilihat sebagai praktik perdagangan tak adil, tetapi juga berdampak terhadap mata pencaharian jutaan petani sawit di Indonesia dan Malaysia," kata kedua kepala pemerintahan.

Tindakan apapun yang menutup akses pasar bagi produk sawit tidak mencerminkan komitmen masyarakat global menurut agenda 2030 Sustainable Development Goals (SDG's) PBB, khususnya perihal pengurangan kemiskinan dan peningkatan pendapatan.

Sebagai produsen utama minyak sawit dunia sekaligus pendiri Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), kerja sama erat antara Malaysia dan Indonesia melalui lembaga itu penting untuk menghadapi beragam tantangan dalam industri sawit.

Dalam hal ini, kedua pemimpin menyambut baik hasil Inaugural Meeting of Palm Oil Producing Countries yang digelar di Bali pada 2 November, yang akan menyiapkan paltform umum untuk memperkuat kerja sama dan kolaborasi di antara negara-negara produsen sawit dan membuka jalan bagi negara-negara tersebut untuk berpartisipasi dan menjadi anggota CPOPC.

"Kedua pemimpin menggarisbawahi pentingnya CPOPC membangun, mempromosikan, dan memperkuat kerja sama tentang sawit dan meminta Sekretariat CPOPC di Jakarta mengintensifkan upaya dalam merencanakan dan mengimplementasikan program untuk mempromosikan citra positif komoditas itu secara global."

Dalam pertemuan di Bali awal bulan ini, Indonesia dan Malaysia mengajak lima negara produsen kelapa sawit bergabung dalam CPOPC, yakni Thailand, Papua Nugini, Nigeria, Kolombia, dan Guatemala.

Jika lima negara itu bergabung, maka CPOPC akan memiliki tujuh anggota yang menguasai 97% produksi sawit dunia. Saat ini, Indonesia dan Malaysia menggenggam 85% produksi sawit global.

"Indonesia dan Malaysia mengundang lima negara tadi menjadi anggota CPOPC. Mereka berjanji akan memproses dan mengkaji lebih lanjut," kata Direktur Eksekutif CPOPC Mahendra Siregar seusai pertemuan CPOPC di sela-sela International Palm Oil Conference (IPOC) 2017 di Bali, (Bisnis.com, 3/11/2017).

Dia mengatakan ketujuh negara sepakat untuk melakukan kolaborasi konkret dalam waktu dekat meskipun kelima di antaranya belum secara resmi meratifikasi menjadi anggota.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper