Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Apa Pendapat Pengembang Australia terhadap Pasar Properti Indonesia?

Dengan jumlah permintaan yang besar, dapat dikatakan bahwa pasar properti Indonesia adalah yang terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Ilustrasi pembangunan apartemen/Antara-Audy Alwi
Ilustrasi pembangunan apartemen/Antara-Audy Alwi

Bisnis.com, JAKARTA — Pasar properti di Indonesia dinilai tidak akan mengalami gelembung meskipun permintaan terhadap hunian sangat besar.

Pasalnya, kata CEO dan pendiri Crown Group (pengembang asal Sydney, Australia), Iwan Sunito, jumlah permintaan hunian di Indonesia masih jauh di atas kemampuan para pengembang dalam menyediakan pasokan.

“Sempat ada kekhawatiran bahwa pasar properti Indonesia akan mengalami bubble, tetapi saya tidak melihat bahwa Indonesia akan mengalami hal tersebut,” ujarnya melalui siaran pers, Senin (16/10/2017).

Menurut pria kelahiran Indonesia tersebut, memang sempat terjadi penuruna permintaan hunian pascapengampunan pajak, tetapi kini sudah mulai merangkak naik.

Apalagi, lanjutnya, Pemerintah Indonesia saat ini berusaha mendorong pertumbuhan sektor properti dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan yang akan semakin memudahkan masyarakat untuk memiliki hunian.

“Ditambah dengan kebijakan hunian yang berorientasi kepada transportasi massal akan membuat pasar properti Indonesia, khususnya di Jakarta menjadi lebih berwarna dengan berbagai macam pilihan.”

Apa Pendapat Pengembang Australia terhadap Pasar Properti Indonesia?

Akan tetapi, Iwan mengingatkan yang perlu dicermati adalah harga hunian yang ditawarkan harus berbanding lurus dengan tingkat pendapatan dan kemampuan daya beli Masyarakat saat ini agar tercipta keseimbangan yang sempurna.

Menurut data dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, saat ini defisit hunian atau backlog mencapai 13,50 juta unit.

Sementara itu, kebutuhan rumah baru yang bersumber dari pertumbuhan penduduk dan urbanisasi setiap tahun mencapai 800.000 unit.

Kondisi defisit hunian juga dialami oleh Australia, khususnya Sydney, karena jumlah pasokan tidak bisa mengimbangi jumlah permintaan. Bahkan, defisit hunian yang dialami oleh Indonesia jauh lebih tinggi dari yang dihadapi Australia, sekitar 50.000 hunian per tahun.

“Yang perlu diingat adalah, harga yang ditawarkan kepada konsumen di Australia sesuai dengan daya beli masyarakatnya sehingga keseimbangan terjadi, yang akhirnya membuat pasar Australia menjadi salah satu yang terbaik untuk investasi properti di kawasan Asia.”

Iwan menambahkan, “Selama titik keseimbangan itu tercipta, saya yakin pasar properti di Indonesia dapat menjadi salah satu yang terkuat di kawasan Asia dalam beberapa tahun mendatang.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Zufrizal
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper