Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Populasi Ayam Layer Menurun, Ini Datanya

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita menyampaikan populasi ayam petelur menurun pascapengurangan populasi final stock layer produktif umur minimal 70 minggu melalui Kepmentan No 3035/2017, diikuti harga telur yang relatif stabil.
Ilustrasi/indiamart.com
Ilustrasi/indiamart.com

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita menyampaikan populasi ayam petelur menurun pascapengurangan populasi final stock layer produktif umur minimal 70 minggu melalui Kepmentan No 3035/2017, diikuti harga telur yang relatif stabil.

Terkait kondisi pasokan dan permintaan telur, dinamika yang terjadi dipicu dengan adanya fluktuasi harga telur di Blitar yang sangat dinamis sehingga mempengaruhi kondisi ayam petelur secara Nasional, karena share market Blitar bisa mencapai 35% dari total Nasional.

Upaya Pemerintah untuk menjaga stabilitas tersebut, khusunya Kementrian Pertanian, dengan melakukan keseimbangan Supplay Demand di Blitar. Sejak Bulan Januari – Juni kondisi harga telur di Blitar sangat terpuruk dibawah HPP.

Hal ini terjadi karena terjadi Surplus Produksi Telur yang tidak dapat keluar dari Blitar, sehingga Pemerintah melakukan pengaturan melalui pengurangan Populasi FS Layer Produktif umur minimal 70 minggu melalui Kepmentan No. 3035 tahun 2017. Dengan adanya Kepmentan tersebut, maka terjadi keseimbangan Supplay Demand telur di Blitar yang terceminkan dengan harga telur yang relatif stabil.

Ilustrasi kondisi tersebut sebagaimana dikutip dari keterangan resminya, data Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian menunjukkan, sebelum kebijakan pengurangan populasi FS layer, populasi sebesar 38 juta ekor. Populasi produktif 30,7 juta ekor. Produksi telur 1.920 ton per hari, sementara kebutuhan 1.497 ton per hari. Maka terjadi surplus 423 ton per hari atau setara 780.000 induk layer produktif.

Produksi Telur

Dikutip dari keterangan resminya, data Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian menunjukkan, sebelum kebijakan pengurangan populasi FS layer, populasi sebesar 38 juta ekor. Populasi produktif 30,7 juta ekor.

Produksi telur 1.920 ton per hari, sementara kebutuhan 1.497 ton per hari. Maka terjadi surplus 423 ton per hari atau setara 780.000 induk layer produktif.

Adapun, pascaimplementasi Kepmentan No 3035/2017, populasi produktif sebesar 28 juta ekor. Produksi telur 1.676 ton per hari, untuk memenuhi kebutuhan Blitar 192 ton per hari dan di luar Blitar 1.484 ton per hari.

Harga yang jatuh karena over supply juga terjadi pada broiler nasional. Melalui Kepmentan No 3035/2017 diikuti dengan Kepmentan 6073/2017, realisasi produksi FS pada Januari-Juli 2017 berturut-turut, 56,3 juta per minggu, 53,6 juta per minggu, 60,6 juta per minggu, 57,6 juta per minggu, 59,6 juta per minggu, 52,7 juta per minggu, dan 53,9 juta per minggu.

Pemerintah masih mengkaji keseimbangan suplai dan permintaan pada Agustus - Desember 2017 yang kemungkinan akan terjadi surplus produksi sebanyak 2 juta - 6 juta per minggu, bila dibandingkan dengan permintaan DOC FS broiler sebesar 55 juta per minggu.

Adapun estimasi produksi Agustus - Desember berturut-turut 54,5 juta per minggu, 58,1 juta per minggu, 61,6 juta per minggu, 62,2 juta per minnggu, 62,3 juta per minggu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper