Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah pihak khawatir rendahnya harga gula tani akan berimplikasi pada penyusutan luas tanam tebu, sehingga mengancam target swasembada gula konsumsi pada 2019.
Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mencatat, harga lelang gula tani saat ini sebesar Rp9.200 per kg, di bawah biaya produksi sebesar Rp10.600 per kg.
Rendahnya harga jual gula tani membuat petani sulit memperoleh untung untuk modal musim tanam berikutnya. Gairah petani untuk menanam tebu pun turun.
Ketua Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen mengatakan, petani memilih beralih ke usaha tani lain yang dinilai lebih menguntungkan.
Soemitro mengamati, beberapa petani mulai membongkar tanaman tebu kemudian mengganti dengan tanaman lain. Kondisi ini menyebabkan luas tanam tebu semakin berkurang.
Maka, Soemitro meminta pemerintah, melalui Bulog, dapat menyerap gula tani yang harganya sedang anjlok.
Sejalan akan berakhirnya masa berlaku harga acuan pada 16 September mendatang, pemerintah semestinya juga dapat mengkaji ulang harga acuan pembelian gula tani dan harga acuan di tingkat konsumen.
"Gairah tanam tebu menurun. Tentu akan berimplikasi ke penyusutan luas tanam, sehingga swasembada gula konsumsi pada 2019 hanya omong kosong," imbuh dia.
Direktur Pengadaan Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh menyampaikan, sampai saat ini Bulog belum memperoleh instruksi dari regulator untuk menyerap gula tani.
"Sampai saat ini belum ada penugasan dari regulator," kata dia melalui pesan singkat, Minggu (13/8) malam.