Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Faktor Psikologis hingga Kebijakan Pemerintah Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Para pelaku usaha mengaku masih optimis dengan kondisi perekonomian pada semester II 2017 kendati sejumlah faktor dinilai bakal menghambat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B. Sukamdani (kiri), berdiskusi dengan Ketua bidang Industri Manufaktur Apindo Johnny Darmawan, di sela-sela Public Policy Discussion, di Jakarta, Rabu (21/6)./JIBI-Dwi Prasetya
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B. Sukamdani (kiri), berdiskusi dengan Ketua bidang Industri Manufaktur Apindo Johnny Darmawan, di sela-sela Public Policy Discussion, di Jakarta, Rabu (21/6)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA — Para pelaku usaha mengaku masih optimistis dengan kondisi perekonomian pada semester II/2017 kendati sejumlah faktor dinilai bakal menghambat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menilai secara keseluruhan tantangan yang akan dihadapi oleh perekonomian Indonesia pada semester II 2017 masih cukup banyak. Meski, di sisi lain ada beberapa tren positif yang sudah mulai muncul.

“Kita melihat ada kenyataan bahwa ekspor Indonesia sudah mulai mengalami kenaikan. Harga komoditas seperti batu bara dan sawit juga naik,” ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (29/6/17).

Hariyadi memaparkan dua hal tersebut memberikan dampak positif kepada pertumbuhan perekonomian Indonesia. Menurutnya, para pelaku masih optimis dengan laju usaha pada paruh kedua tahun ini.

Di sisi lain, Dia menilai pengaruh psikologis masyarakat dan pelaku usaha akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal itu terutama terkait keberanian untuk melakukan ekspansi usaha.

“Kita harus bisa mengatasi masalah ini. Kalau tidak ada upaya keras untuk me-rebound maka perekonomian akan sulit,” imbuhnya.

Hariyadi menambahkan kebijakan pemerintah juga bakal berpengaruh besar kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia periode mendatang. Saat ini menurutnya banyak kebijakan pemerintah yang menimbulkan kebingungan bagi dunia usaha.

Sementar itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey menilai jika konsumsi masyarakat masih rendah maka sulit dicapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester II 2017. 

“Bila nilai konsumsi rumah tanga rendah maka harapan rentang pertumbuhhan 5,2%—5,4% kita perlu pikirkan kembali,” paparnya.

Dia meminta agar pemerintah memfokuskan kepada peningkatan daya beli dan pola konsumsi masyarakat. Pasalnya, pengeluaran dari sektor itu memberi kontribusi 56,4% pada PDB 2016.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper