Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MINYAK GORENG: Produsen & Pedagang Pasar Sepakati Harga

Asosiasi pedagang pasar dan produsen minyak goreng menyepakati harga dari pabrik sampai dengan ke pedagang senilai Rp9.135 per liter
Ilustrasi./.Antara
Ilustrasi./.Antara

Bisnis.com, JAKARTA- Asosiasi pedagang pasar dan produsen minyak goreng menyepakati harga dari pabrik sampai dengan ke pedagang senilai Rp9.135 per liter.

Penetapan tersebut merupakan kelanjutan dari penandatangan nota kesepahaman antara asosiasi pedagang pasar dan Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) untuk mendistribusikan secara langsung dari pabrik ke pasar tradisional. Kedua pihak sepakat menjual minyak goreng curah Rp10.500 per liter di tingkat pedagang.

Direktur Eksekutif GIMNI Sahat Sinaga mengungkapkan seluruh anggota asosiasinya atau sebanyak 32 perusahaan produsen minyak goreng akan mengikuti program tersebut. Selama ini pasokan dari pabrik harus melewati sejumlah rantai seperti distributor dan subdistributor.

“Jadi dengan nota kesepahaman ini maka ada dua rantai yang terpotong sebelum sampai ke pedagang,” ujarnya kepada Bisnis, akhir pekan kemarin.

Sahat mengatakan mekanisme distribusi tersebut akan mulai difokuskan ke-10 pasar tradisional di Jakarta. Model tersebut akan dievaluasi sampa dengan Agustus 2017.

Extend ke pasar tradisonal di Bogor, Bekasi, Tangerang, Serang, serta Cilegon pada September 2017—Desember 2017,” jelasnya.

Dia menilai dengan adanya model ini pengawasan volume pasokan dan harga melalui asosiasi pedagang pasar akan meningkat. Pasalnya, jalur distribusi yang selama ini ada menurutnya sulit tersentuh sehingga kerap menentukan harga dengan margin yang tidak wajar.

Sahat menjelaskan peran dari asosiasi pedagang pasar adalah menjamin peran pembayara dari para anggotanya dan mengawasi penentuan margin usaha secara wajar oleh pedagang minyak goreng curah di pasar tradisional. Lebih lanjut, mereka akan dibina untuk tertib administrsi serta mulai menggunakan sistem teknologi pada Januari 2018. 

Sebelumnya, Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri menilai fase sepekan jelang Idulfitri menjadi momen paling rumit. Pasalnya, setiap tahunnya selalu terjadi kenaikan harga.

Kendati demikian, dia menilai kenaikan pada tahun ini relatif kecil dibandingkan dengan 5 tahun sebelumnya. Namun, beberapa komoditas, menurutnya, masih mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi.

“Permintaan akan sangat tinggi di hari-hari ini, karena THR [tunjangan hari raya] baru keluar dan budaya masyarakat sangat konsumtif jelang Lebaran,” ujarnya.

Dia mengatakan solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan mencukupi pasokan komoditas di pasar. Hal itu menurutnya telah dilakukan melalui antisipasi yang cukup oleh pemerintah.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti mengungkapkan pihaknya telah meminta kepada sejumlah pelaku usaha untuk terjun langsung ke pasar memberikan pasokannya. Tujuannya, untuk menjaga kestabilan harga.

“Pelaku usaha diminta untuk turun ke pasar hingga H-2 terutama untuk komoditas minyak goreng dan daging,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (20/6).

Tjahya menjelaskan harga beberapa komoditas memang masih tinggi meski berangsur turun. Salah satunya adalah bawang putih jenis kating.

“Bawang putih jenis itu memang masih langka tetapi jika bawang putih jenis honan bisa di bawah Rp30.000,” jelasnya.

Pihaknya menyebut akan melakukan operasi pasar ke salah satu pasar di Jakarta pada Rabu (21/6). Hal tersebut dilakukan untuk menekan harga bawang putih.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menegaskan pergerakan harga bawang putih harus mencapai titik Rp30.000 per kilogram pada pertengahan Juni 2017.

Mendag kembali menegaskan kepada para importir yang tak bersedia menggelontorkan pasokannya dan juga menekan harga. Dia mengancam bakal mencabut izinnya dan tidak akan mengeluarkan kembali.

“Bawang putih harganya saat ini sudah mulai turun,” ujar Enggartiasto di Jakarta, Rabu (7/6/2017).

Dia menyatakan selama ini kenaikan harga bahan pokok jelang Ramadan dan Lebaran hanya dinikmati segelintir pihak. Oleh karena itu, Presiden telah memerintahkan untuk menjaga pasokan ketersediaan bahan pokok.

“Sampai hari ini pasokan aman bahkan berlebih,” jelasnya.

Menurut catatan Bisnis, Kementerian Pertanian menyebut kebutuhan bawang putih nasional sebanyak 500.000 ton per tahun. Kuota yang dapat dipenuhi dari pasokan dalam negeri hanya 20.000 ton per tahun.

Mulai 2018, importir bakal diwajibkan oleh pemerintah untuk menanam bawang putih. Kesanggupan tersebut akan dinyatakan dalam rekomendasi impor. Luas tanam bawang putih nasional saat ini hanya 2.000 hektare dengan produktivitas 10 ton per hektare.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper