Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebijakan Daging dinilai Kontradiktif

Para peternak sapi lokal khawatir atas kebijakan distribusi daging kerbau beku asal India yang mulai memasuki pasar di luar Jabodetabek. Kebijakan ini dinilai kontradiktif dengan program Upsus Siwab yang tengah digencarkan pemerintah.
Pedagang daging sapi./JIBI-Rachman
Pedagang daging sapi./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Para peternak sapi lokal khawatir atas kebijakan distribusi daging kerbau beku asal India yang mulai memasuki pasar di luar Jabodetabek. Kebijakan ini dinilai kontradiktif dengan program Upsus Siwab yang tengah digencarkan pemerintah.

Perwakilan Peternak Sapi Potong Lampung Nanang Purus Subendro menyampaikan kebijakan pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi daging beku Rp80.000 dan distribusi yang mulai masuk ke pasar di luar Jabodetabek, dipastikan akan merusak peternak sapi lokal. Sebab, harga daging segar dari Rumah Potong Hewan lebih dari Rp100.000 per kg tidak mampu bersaing dengan daging beku impor.

"Jelas ini akan merusak. Padahal, peternakan sapi rakyat menjadi tulang punggung ekonomi keluarga di Lampung," tuturnya saat dihubungi Bisnis, beberapa waktu lalu.

Ada sekitar 200 peternak sapi rakyat di Lampung, dengan kepemilikan sapi sedikitnya 10 ekor. Mereka menjual sapi potong ke Padang, Palembang, Pekanbaru, Pangkalpinang.

"Saat ini daging beku belum masuk ke pasar kami, tetapi dengan masuk ke luar Jabodetabek jelas akan merusak peternak rakyat. Jelas ini kontradiktif dengan Upsus Siwab. Peternak mau meningkatkan populasi jika ada keuntungannya," imbuhnya.

Perwakilan Jagal di Jabodetabek Edy Wijayanto menyebut HET daging beku tidak juga menurunkan harga daging di pasar tradisional yang lebih dari Rp100.000 per kg.

"Dengan impor katanya bisa turun, tetapi kenyataannya tidak turun. Harusnya (daging beku) murah, malah naik. Karena daging lokal harganya tinggi, sehingga mudah dioplos," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper