Bisnis.com, MANADO - Kementerian Perdagangan tengah menyusun sejumlah perjanjian dagang bilateral dengan beberapa negara berkembang di Afrika, Asia Selatan, dan Eropa-Asia (Eurasia) guna menggenjot ekspor ke negara-negara tersebut.
Djatmiko Witjaksono, Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Kemendag, mengatakan beberapa beberapa negara yang bakal dijajaki antara lain Nigeria, Kenya, Mozambik, Pakistan, Rusia, Belarusia, dan Kazakhstan.
Dia menyebutkan perjanjian dagang ditujukan guna mengurangi tarif impor, sehingga perdagangan bilateral dengan masing-masing negara bisa terpacu.
Menurut Djatmiko, perjanjian dagang diharapkan bisa memperdalam penetrasi pasar eksportir Indonesia di negara-negara tujuan ekspor.
Dengan demikian, pembukaaan akses pasar yang sudah dilakukan sebelumnya bisa berjalan berkesinambungan.
"Kita perlu buat perjanjian baru karena negara lain juga begitu. Jadi pendekatan bisnis korporasi kami bawa ke tingkat G-to-G [goverment to goverment]," jelasnya kepada Bisnis.com di Manado, Sulawesi Utara, pada Kamis (4/5/2017).
Data Kemendag menunjukkan neraca perdagangan Indonesia dengan Pakistan, Kenya, dan Mozambik surplus pada 2016. Surplus dagang Indonesia dengan Pakistan mencapai US$1,86 miliar, sedangkan dengan Kenya dan Mozambik-masing US$190,76 juta dan US$25,70 juta.
Di sisi lain Indonesia mencetak defisit perdagangan dengan Nigeria, Belarusia, dan Kazakhstan. Defisit perdagangan dengan Nigeria US$977 juta sedangkan dengan Belarus dan Kazakhstan masing-masing US$160,77 juta dan US$7,76 juta.
Secara keseluruhan, tahun ini Kemendag menyusun perjanjian bilateral dengan 16 negara. Penjajakan dengan negara-negara berkembang diharapkan bisa mendorong kinerja ekspor yang tahun ini ditargetkan naik 5,6%.
Adapun sepanjang tahun lalu ekspor Indonesia turun 3,94% menjadi US$144,43 miliar. Dalam 3 bulan pertama 2017, realisasi ekspor mencapai US$40,6 miliar atau naik 20,84% secara tahunan (y-o-y).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel