Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bangun PLTP di Solok Selatan, Supreme Energy Investasi US$600 Juta

PT Supreme Energy Muara Laboh mengklaim total investasi yang dikeluarkan perseroan untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Solok Selatan, Sumatra Barat mencapai US$600 juta.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, PADANG—PT Supreme Energy Muara Laboh mengklaim total investasi yang dikeluarkan perseroan untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Solok Selatan, Sumatra Barat mencapai US$600 juta.

Ismoyo Argo, Senior Manager Business Relation PT Supreme Energy Muara Laboh menyebutkan total investasi itu masing-masinga sebanyak US$150 juta untuk proses eksplorasi dan US$450 juta untuk produksi.

“Investasinya besar sekali. Untuk tahap awal sampai proses eksplorasi selesai, kami invest US$150 juta atau mendekati Rp2 triliun. Itu dengan modal sendiri,” ujarnya, Selasa (11/4/2017).

Setelahnya, pada tahap eksploitasi atau proses produksi, perseroan baru bisa mendapatkan pinjaman bank untuk membiayai proyeknya.

Secara total, untuk membangun PLTP di Solok Selatan dengan menghasilkan 80 MW yang akan dijual ke PT PLN pada 2019 mendatang, Supreme Energy bakal menghabiskan investasi senilai US$600 juta.

Dia mengatakan proses eksploitasi dilakukan dalam dua rig dengan mengebor 13 sumur produksi. Masing-masing rig pertama dengan tujuh sumur yang dimulai Mei tahun ini, disusul kemudian enam sumur sekitar Juli atau Agustus.

Ismoyo mengungkapkan produksi listrik yang dihasilkan perseroan ditargetkan sebanyak 86 MW dengan rincian sebanyak 6 MW digunakan untuk keperluan sendiri dan 80 MW disalurkan secara komersil ke PLN.

Adapun, Presiden Direktur Supreme Energy Supramu Santosa menyebutkan sebanyak enam konsorsium bank sudah menyetujui pemberian pinjaman senilai US$440 juta dengan tenor selama 15 tahun.

“Untuk pembiayaan kami sudah dapatkan kesepakatan pinjaman senilai US$440 juta dari konsorsium lembaga keuangan dan perbankan,” katanya.

Dia mengatakan pemberian pinjaman dilakukan oleh Japan Bank for International Cooperation, Asian Development Bank (ADB) dengan dana dari Leading Asia’s Private Infrastructure Fund.

Inisiasi dilakukan ADB, Japan International Cooperation Agency (JICA) dan bank komersial Jepang, Mizuho Bank, Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Heri Faisal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper