Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca Sumsel Dikaji Ulang

Dokumen pengurangan emisi gas rumah kaca Sumatra Selatan dikaji ulang untuk merespon adanya pembangunan moda transportasi ramah lingkungan Light Rail Transit (LRT) dan perluasan areal perkebunan di daerah tersebut.
Gas rumah kaca./Ilustrasi
Gas rumah kaca./Ilustrasi

Bisnis.com, PALEMBANG -- Dokumen pengurangan emisi gas rumah kaca Sumatra Selatan dikaji ulang untuk merespon adanya pembangunan moda transportasi ramah lingkungan Light Rail Transit (LRT) dan perluasan areal perkebunan di daerah tersebut.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Sumsel, Edward Candra, mengatakan Sumsel awalnya diminta berkontribusi sebesar 11,16% untuk penurunan emisi GRK dari target nasional. "Besaran kontribusi tersebut ada dalam dokumen awal yang ditandatangani pada 2012," katanya, Rabu (22/3/2017).

Edward melanjutkan seiring perjalanannya, Sumsel diminta menyesuaikan penurunan setelah pemerintahan Jokowi-JK merevisi pada 2016 yang dituangkan dalam dokumen Nationally Determined Contribution kepada Secretariat United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).

"Tentunya akan ada penurunan signifikan setelah LRT berjalan, karena kendaraan pribadi yang beroperasi diperkirakan akan berkurang. Untuk itu, perlu ada mengkajian ulang karena ada kemungkinan terjadi peningkatan kontribusi dari target nasional," ujarnya.

Dimana, secara nasional, penurunan emisi GRK menjadi 29% atas usaha sendiri dan 41% serta tetap mempertahankan pertumbuhan ekonomi sebesar 7% sampai 2020. Dia menambahkan salah satu sektor yang menjadi perhatian lainnya yakni sektor perkebunan.

Keberadaan hutan tanam industri (HTI) diperkirakan akan menurunkan emisi GRK, tapi di sisi lain ada juga ancaman justru menurunkan capaian jika terjadi kebakaran hutan dan lahan. Oleh karena itu, pemerintahan telah meminta perusahaan-perusahaan perkebunan untuk fokus pada pemberdayaan masyarakat karena kebakaran hutan dan lahan terjadi hampir 99% disebabkan faktor sosial ekonomi.

"Selain itu perusahaan juga diminta menerapkan ekonomi hijau dan peningkatan sarana dan prasarana pencegahan karhutla," kata dia. Provinsi Sumsel sempat menarik perhatian dunia internasional pada 2015 karena terjadi kebakaran hutan dan lahan yang hebat dengan menghanguskan 736.563 hektare.

Pada 2016, Sumsel berhasil menekan karhutla hingga 99,87% jika dibandingkan 2015 karena menerapkan manajemen pendeteksian dini dan pengaruh iklim kemarau basah. Capaian positif ini diperkirakan menambah kontribusi Sumsel dalam pengurangan emisi GRK.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper