Bisnis.com, JAKARTA - Bulog terus melakukan penyerapan gabah kering panen di tingkat petani, di tengah harga gabah yang turun. Hingga saat ini, Bulog telah menyerap 17.000 ton beras atau setara 35.000 ton gabah sejak awal tahun ini.
Penyerapan ini naik dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun lalu. Selama Januari tahun lalu, Bulog menyerap 600 ton beras dan Februari 2016 menyerap 4.600 ton beras.
Direktur Pengadaan Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh menyampaikan Bulog telah menerjunkan Satker pengadaan untuk menyerap gabah petani. Selanjutnya, dilakukan pengeringan bekerjasama dengan Kelompok Tani atau Gapoktan yang memiliki pengering bantuan dari pemerintah, serta menggunakan pengering milik Bulog dan PT Pertani. Intensitas hujan yang tinggi membuat pengeringan gabah oleh petani kurang optimal.
Bulog membeli gabah petani sesuai dengan HPP yakni Rp3.700 per kilogram di petani, jika kadar air maksimum 25% dan kadar hampa maksimum 10%. Ketentuan ini seperti diatur dalam Inpres No.5 Tahun 2015. Namun, dengan cuaca demikian, Wahyu memperkirakan kadar air mencapai 30% dan kadar hampa kotoran bisa di atas 15%. "Cuaca ini menjadi tantangan bagi kita untuk bergerak lebih cepat," katanya, Senin (20/2).
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumarjo Gatot Irianto menyampaikan pihaknya segera mengumpulkan Sub Divre Bulog, Korem sentra pangan, Dinas Pertanian di Kabupaten yang menjadi sentra pangan, untuk berkoordinasi tentang percepatan serapan gabah untuk enam bulan ke depan. Rapat ini rencananya akan digelar pada Kamis (23/2) besok.
Diketahui, harga gabah kering panen di tingkat petani turun berkisar antara Rp2500 per kg hingga Rp3.000 per kg. Padahal, harga gabah kering panen idealnya sekitar Rp3.700 per kg. Penurunan harga gabah di lapangan akibat musim hujan yang tengah terjadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
