Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemprov Jambi Modali BUMD Perkebunan Karet

Pemprov Jambi tengah mengkaji skema pemberian modal kepada BUMD yang bergerak di bidang perkebunan karet untuk melakukan intervensi pasar terhadap harga karet di Jambi.
Petani karet/Ilustrasi
Petani karet/Ilustrasi

Bisnis.com, JAMBI - Pemprov Jambi tengah mengkaji skema pemberian modal kepada BUMD yang bergerak di bidang perkebunan karet untuk melakukan intervensi pasar terhadap harga karet di Jambi.

Gubernur Jambi Zumi Zola mengatakan saat ini Pemprov dan Gabungan Pengusaha Karet Indonesia Jambi atau Gapkindo Jambi tengah mengidentifikasi penyebab jatuhnya harga karet di tingkat petani Jambi.

“Kita tengah mengkaji skema pemberian modal kepada BUMD untuk mengintervensi harga karet di Jambi. Intervensi pasar ini sepertinya logis untuk menaikkan harga karet masyarakat dari harga normal saat ini pada kisaran Rp4.000 hingga Rp5.500 per kilogram,” ujar Zola usai memimpin rapat dengan Gapkindo di Jambi (10/10/2016).

Menurut dia, hasil dari rapat dengan Gapkindo ini mengungkapkan fakta penyebab rendahnya harga karet masyarakat selama ini karena permainan tengkulak dan lemahnya modal petani untuk menimbun karet.

“Petani karet kita lebih cendrung menjual karet ke tengkulak dibanding sabar mengumpulkan karet untuk dijual langsung ke pabrik atau sentra KUD pengolah karet menjadi "sit angin" dengan alasan kebutuhan modal. Ke depan mata rantai tengkulak ini akan kita putus dengan menampung karet masyarakat itu melalui sentra-sentra KUD yang ada di desa. Ini yang akan kita siapkan dan tahun depan sudah mulai berjalan,” kata Zola.

Wakil Ketua Gapkindo Jambi Jon Kennedy mengakui sulit menaikkan harga karet di tengah kondisi pasar global yang belum stabil saat ini. Namun menurut dia, petani perlu metoda baru dengan system sit angin seperti yang diterapkan warga Desa Muhajjirin di Kabupaten Muaro Jambi.

Hasil karet latek yang diolah menjadi sit angin ini menurut dia diterima dengan baik oleh pasar dengan harga di kisaran Rp18.000 hingga Rp25.000 per kilogramnya.

“Sistem ini baru diterapkan di 3 Kabupaten, yaitu Kabupaten Batanghari, Muaro Jambi dan Tanjung Jabung Barat dengan melibatkan KUD. Dan sit angin ini sangat laku di pasaran dan sudah ada penampungnya di Medan dan Jawa Barat,” ujar dia.

Hanya saja saat ini kata Jon, ketersedian bahan baku ditengah petani tidak mencukupi. “Medan dan Jawa Barat ini kan penampung besar diatas 50 ton/bulan. Hanya petani kita di 3 kabupaten sentra karet yang telah menerapkan sit angin itu hanya mampu menampung dibawah 50 ton/bulan. Tadi bersama pak gubernur kita akan merumuskan, bagaimana sistem sit angin ini sudah ada di setiap kabupaten penghasil karet di Jambi,” kata dia.

Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi menyebutkan produksi olahan karet (crum rubber) di Provinsi Jambi mengalami kenaikan sebesar 41,22 juta kilogram/bulan di 2016 ini. Naik 18% dari proyeksi 2015 lalu sebesar 34,87 juta kilogram/bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Kaspul Anwar

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper